Tuesday, 20 February 2018

Tafsiran Kitab Wahyu 10


PEMBAHASAN
1.      Latar Belakang
A.    Penulis
Secara umum, jika dilihat dari introducing kitab Wahyu, penulis Kitab Wahyu memperkenalkan dirinya sebagai Yohanes (Wahyu 1:1,4; 22:8). Namun dalam sejarah Alkitab khususnya Perjanjian Baru, tidak sedikit tokoh yang bernama Yohanes ini. Gereja purba (perdana) mempunyai anggapan bahwa yang dimaksudkan ialah rasul Yohanes anak Zebedeus yang adalah saudara Yakobus, keduanya diberi nama Boanerges oleh Yesus, yang berarti “anak-anak guruh” (Mrk 3:17).[1]
Namun demikian sebutan rasul tidak tertulis dalam Wahyu, kecuali pada ayat 21:14 yang menyebutkan “kedua belas rasul”. Penulis Wahyu ini menyebut dirinya dengan sebutan-sebutan umum seperti “hamba-Nya” (1:1) dan “saudara seiman yang ikut serta dalam kesusahan” (1:9). Malaikat mengatakan bahwa dirinya nabi (22:9) dan tugasnya adalah bernubuat atau menyampaikan berita dari Allah (10:11); dan Wahyu ini sendiri memang merupakan kitab nubuat (22:7.10.19). Surat-surat yang dikirimkan kepada tujuh jemaat atau gereja (2:1 – 3:22) menunjukkan bahwa penulis Wahyu sangat dikenal oleh umat Kristiani di Asia dan diakui wibawanya. [2]
Hubungan antara Yohanes Rasul dan Yohanes sang penulis Kitab Wahyu. Sejak abad ke-2 ada dua pertanyaan yang selalu diajukan mengenai siapa penulis Wahyu ini: apakah hubungan antara Yohanes penulis Wahyu dengan Yohanes rasul?  Apakah sang “penglihat” dalam Wahyu adalah juga pengarang Yoh, 1 Yoh, 2 Yoh dan 3 Yoh? Pada paruhan pertama abad ke-2, Papias dan Yustinus Martir menghubungkan Wahyu dengan rasul Yohanes. Pendapat ini memperoleh dukungan luas dari gereja Barat maupun Timur, misalnya Melito dari Sardis, Klemens dari Aleksandria dan Ireneus, Hipolitus, Prolog Anti Marcion dan Tertulianus.

B.     Waktu dan Tempat Penulisan
Kitab ini di tulis di sebuah pulau yang bernama Patmas, yaitu pulau tempat Yohanes diasingkan. Dimna Pulau ini terletak di bagian timur perairan Laut tengah dan kira-kira 100 km di barat daya kota Efesus. Pada waktu itu, Pulau Patmos dipakai sebagai penjara oleh pemerintah Roma dan Yohanes di tempatkan di sana. Yohanes menulis, saya dibuang ke Pulau Patmos karena saya menyebarkan pesan dari Allah, yang dikuatkan oleh Yesus melalui kesaksian-Nya. (1:9 BIS)[3]
Dare Hagelberg mengatakan bahwa Kitab Wahyu ditulis kira-kira tahun 95 M.[4] Menurut Suetonis (seorang sejarahwan Romawi), kaisar yang secara terang-terangan menyuruh orang untuk menyembah dirinya sebagai dominus et deus noster (tuhan dan allah kami) adalah Domitianus (81-96 M).  Mereka yang menolak untuk menyembah patung kaisar akan dibuang, dianiaya atau dibunuh. Menurut Samuel Benyamin Hakh, kitab ini ditulis pada akhir masa pemerintahan Domitianus, yaitu sekitar tahun 90/ 95 M, yang mungkin ditulis di kota Efesus, karena di kota ini didirikan patung kaisar tersebut dan rakyat dipaksa menyembahnya.[5]
Menurut Willi Marxen, waktu penulisan Kitab Wahyu adalah waktu pemerintahan Domitianus (81-96 M).[6] Dalam Alkitab Edisi studi, mengatakan bahwa pada waktu pemerintahan Domitianus atau lebih kemudian, ketika Trayanus memerintah. Namun, ada juga ahli berpendapat bahwa kitab ini ditulis sebelum kehancuran Yerusalem tahun 70.[7]



C.    Penerima dan Tujuan Kitab Wahyu
Secara khusus surat Wahyu ini jika kita melihat dari pasal-pasal yang ada pada kitab Wahyu ini. Jelas kita melihat lebih mudah pada Alkitab Edisi Studi dari LAI yang telah memberikan perikop Penglihatan Bagi Tujuh Jemaat yang pada hal ini sedang mengalami penderitaan oleh sebab penganiayaan yang dilakukan oleh pemerintah Roma terhadap orang Percaya. Apa sajakah ketujuh jemaat ini?
1)      Efesus (2:1-7)
2)      Smirna (2:8-11)
3)      Pergamus (2:12-17)
4)      Tiatira (2:18-29)
5)      Sardis (3:1-6)
6)      Filadelfia (3:7-13)
7)      Laodikia (3:14-22)
Tetapi tak lepas dari itu, penerima Wahyu ini tentu mencakup seluruh orang yang ada pada masa itu, masa kini dan masa yang akan datang.
Secara umum, sebagai bagian dari Alkitab, kitab ini juga ditulis untuk setiap orang Kristen. Kitab Wahyu ditulis dan dikirim kepada orang-orang Kristen dari ke tujuh jemaat (dan kepada kita) untuk mendorong, menegur dan membesarkan hati mereka (dan hati kita). Selain itu, kitab ini juga ditulis untuk menantang mereka supaya mereka bertobat atau supaya mereka berdiri tegak, sesuai dengan keadaan mereka masing-masing. Dengan demikian, jika mereka menaati apa yang tertulis dalam kitab ini, mereka akan turut bersukacita karena Tuhan Yesus dan kemenangan-Nya (Wahyu 1:3; 2:7; 11, 17 dan 15-28). Penglihatan itu secara tidak langsung mendukung tantangan dan dorongan tersebut. Kristus Raja akan kembali dengan kemenangan dan akan memberikan hadiah kepada mereka yang menang terhadap godaan dan pencobaan, sebagaimana Dia pun menang.[8]

D.    Situasi Sosial, Politik dan Agama
1)      Situasi Sosial
Kekaisaran Romawi yang mengalami kejayaan akibat luasnya pemerintahan pada waktu itu. Di tengah-tengah penderitaan orang Kristen pada waktu itu ada banyak permasalahan yang di akibatkan oleh kekaisaran Romawi ini. Dimana pada waktu kitab wahyu ini di tulis status sosial jemaat bahkan orang-orang pada waktu itu ada yang kaya raya dan ada yang sangat miskin. Status sosiallah yang menjadi jembatan pada orang-orang saat itu antara kaya dan miskin.

2)      Keadaan Pemerintahan
Ada sebuah momen dimana terjadi perang saudara yang terjadi ketika Kaisar Nero meninggal pada 9 Juni tahun 68. Dimana ada empat kaisar yang menduduki tahkta pada saat itu. Dimana kekaisaran menjadi acuan dari pemerintah, apa yang menjadi dasar dari kekaisaran maka agama dan lain sebaginya haruslah tunduk. Termasuk menyembah kaisar adalah hal yang sudah tidak dapat di ganggu gugat. Jika menolak, aniaya dan kematianlah yang di perhadapkan.

3)      Keadaan Agama
a)      Orang Yahudi
Oleh karena Bait Allah di Yerusalem dihancurkan pada tahun 70 M oleh pasukan jenderal Titus, maka orang Israel tersebar sebagai pendatang dan pada umumnya mereka dibenci. Pungutan pajak yang berat khusus bagi orang Yahudi, diadakan oleh raja Vespasian.

b)      Orang Roma
Banyak menyembah dewa-dewi, termasuk raja Domitianus.

c)      Orang Kristen
Pada tahun 95, agama Kristen sudah dianggap berbeda dengan agama Yahudi. Agama Kristen dianggap atheis, karena orang Kristen tidak mau terlibat dalam agama Roma. Beberapa orang Kristen dan beberapa jemaat dianiaya (Wahyu 1:9; 2:10,13).

2.      Kesusastraan
Kitab Wahyu adalah sebuah kitab apokaliptik, yaitu kitab yang berisi hal atau pristiwa-peristiwa yang berhubungan dengan akhir zaman. Memang ada juga bagian-bagian lain dalam Alkitab yang dapat dikatakan sebagai apokaliptik, misalnya Daniel pasal 7-12 dan Markus 13 serta bagian sejajarnya dalam Injil sinoptik yang lain. Namun kitab Wahyu inilah satu-satu kitab yang seluruhnya bersifat apokaliptik. Bagian pertama merupakan pendahuluannya dan terdiri dari surat-surat kepada tujuh sidang jemaat.
Pesan kitab ini disajikan dalam serangkaian penglihatan yang meliputi peristiwa-peristiwa aneh dengan tempat-tempat dan benda-benda serta makhluk-makhluk (manusia maupun binatang) yang melambangkan orang-orang atau kejadian yang berhubungan dengan hidup dan nasib orang-orang Kristen pada abad pertama. Yang perlu diingat bahwa kitab ini ditulis untuk memberikan semangat secara rohani langsung kepada pembacanya pada waktu itu. Ini berarti bahwa simbol-simbol dam kiasan-kiasan yang terdapat didalam kitab Wahyu dapat dimengerti oleh pembaca pada waktu itu.[9]
Angka, gambaran, ungkapan kebesaran, harus ditafsirkan sebagai simbol yang menghadirkan ide totalitas, kepenuhan dan kesempurnaan. Sebagian besar simbolisme Yohanes berasal dari Perjanjian Lama dan konteks jemaat zaman itu. Kita perlu mencatat bahwa pikiran Yahudi abad I menerima dan menyajikan informasi melalui gambar, ilustrasi dan simbol. Sebaliknya, pikiran Yunani zaman itu banyak memakai konselp-konsep abstrak yang dianalisis dan dijelaskan dengan ketepatan lisan. Meski Yohanes hidup dalam lingkungan Yunani dan menulis kitabnya dalam bahasa Yunani, penyusunannya merefleksikan pikiran Timur yang mengkomunikasikan Kitab Wahyu dengan bantuan gambar. Pikiran Ibrani melihat Allah sebagai benteng, batu karang, perisai dan kubu pertahanan (Mazmur 18:2). Gambaran ini harus dilihat secara keseluruhan. Yohanes menulis Kitab Wahyu dari sudut pandang Perjanjian Lama.[10]

3.      Pembagian Pokok-pokok Pikiran/Garis Besar Kitab
a)      Introduksi (1 : 1-8) : prolog (1:1-3), salam (1:4-5a), doksologi (1:5b-6), nubuat (1:7-8).
b)      Penglihatan 1 : Jemaat di Bumi (1 : 9 - 3 : 22).
c)      Penglihatan 2 (4:1 - 8:1) : Tahta Allah (4:1 - 5:14) dan Tujuh Meterai (6:1 - 8:1).
d)     Penglihatan 3 : Tujuh Sangkakala (8:2 - 11:19).
e)      Penglihatan 4 : Aspek-aspek peperangan dan keselamatan.
f)       Penglihatan 5 : Tujuh cawan penghakiman (15:1 - 16:21).
g)      Penglihatan 6 : Kemenangan Kristus (17:1 - 19:21).
h)      Penglihatan 7 : Langit baru dan bumi baru (20:1 - 22:5).
i)        Penutup (22:6-21) : Kedatangan Kristus kembali (22:6-17), peringatan (22:18-19), janji dan berkat (22:20-21).

5.      Pengenalan Perikop
Wahyu 10 : 1 – 11
“Kitab Terbuka”
            Judul perikop dalam BIS Malaikat dan gulungan buku kecil atau “penglihatan tentang malaikan dan gulungan buku yang kecil” atau “Mimpi tentang malaikat dan gulungan kitab kecil”. Penglihatan ini merupakan bagian pertama dari dua peristiwa yang terjadi antara peniupan trompet keenam (9:13) dan peniupan terompet ketujuh (11:15). Selingan ini menekankan betapa pentingnya hal yang akan terjadi pada saat trompet ketujuh ditiup.
Pokok-Pokok Pikiran
Ayat 1 – 4       :           Malaikat yang kuat.
Ayat 5 – 7       :           Berita Sang Malaikat bahwa tidak ada waktu lagi.
Ayat 8 – 11     :           Gulungan Kitab Kecil dan maksudnya.
Simbol-simbol
a)      Malaikat itu berselubungkan awan.
b)      Di atas kepalanya ada pelangi.
c)      Mukanya sama seperti matahari.
d)     Kakinya bagaikan tiang api.
e)      Ia memegang sebuah gulungan kitab kecil yang terbuka.
f)       Ia menginjakkan kaki kanannya di atas laut dan kaki kirinya di atas bumi.
g)      Ia berseru dengan suara nyaring sama seperti singa yang mengaum.
h)      Meterai.
i)        Bunyi sangkakala.
j)        Di dalam mulut terasa manis seperti madu, sesudah memakannya perut menjadi pahit.

6.      Uraian Kitab/Tafsiran
Ayat 1 – 4 (Malaikat yang kuat)
Ayat 1
Kata dan aku melihat ini adalah suatu penglihatan yang baru. Memiliki arti atau makna yang sama dengan “dan aku bermimpi lagi dan melihat.” Seorang malaikat lain yang kuat turun dari Sorga. Mungkin ini adalah malaikat yang sama yang muncul jika kita melihat pada Wahyu 5:2, yang digambarkan sebagi malaikat yang gagah. [11]
Berbeda dengan pandangan Hagelberg yang mengemukakan pendapatnya dengan bertitiktolak dari pandangan para ahli tafsir yang mengatakan bahwa malaikat lain yang kuat itu merujuk pada Yesus Kristus sendiri. Melandasi itu, karena ada unsur-unsur seperti awan, pelangi, matahari dan tiang api yang mudah dikaitkan dengan Yesus Kristus. Tetapi statement tersebut tentu tidak cocok dengan mengaitkan malaikat lain tersebut dengan Sang Mahakuasa.[12]
Simon J. Kistemaker mengungkapkan bahwa malaikat ini jangan disamakan dengan Yesus Kristus, sebab pasal ini sama sekali tidak berbicara tentang penyembahan dan pemujaan yang seharusnya dipanjatkan kepada-Nya. Surga adalah tenpat kediaman Allah.
Berselubung awan yang memiliki kata kerja berselubung  dipakai dalam arti “berpakaian” dan dapat juga diterjemahkan begitu. Oleh karena awan itu merupakan pakaian yang dipakai oleh malaikat, dalam bahasa tertentu diterjemahannya menjadi “malaikat itu memakai (mengenakan) awan sebagai pakaiannya”, “pakaian malaikat itu adalah awan” atau “awam sebagai pakaiannya”, “pakaian malaikat itu adalah awan” atau “malaikat itu diselimuti oleh awan (menyelimuti dirinya dengan awan) sehingga dia seperti memakai jubah” atau “malaikat itu berjubah awan”
Pelangi ada diatas kepalanya kata pelangi juga muncul pada Wahyu 4:3 yang dikatakan dalam Alkitab Edisi Studi dari LAI, dimana pelangi ini mengingatkan jemaat pada janji Allah terhadap Nuh dalam Kejadian 9:16-17. Kata Yunani di atas tidak jelas maksudnya apakah ada lingkaran dengan warna pelangi yang melingkari kepada malaikat itu, atau ada pelangi yang melengkung setengah lingkaran di atas kepalanya. Banyak terjemahan hanya membuatnya menjadi “diatas” atau “pada”.[13]
Namun secara harafiah menurut pendapat saya jika dihubungkan dengan apa itu pelangi, dikaitkan bahwa pelangi adalah hasil pembiasan cahaya dari kristal-kristal air yang membuat kumpulan warna dasar yang melengkung nan indah. Pelangi yang indah ini dapat juga di katakan sebagai sebuah mahkota dari malaikat. Karena sifat pelangi yang indah yang membuat orang yang melihatnya merasa terkesan atau terkesima.
Mukanya sama seperti matahari, maksudnya wajahnya bersinar seperti matahari. Kakinya bagaikan tiang api, kata tiang muncul juga pada Wahyu 3:12 atau dengan kata “sokoguru”.[14]
Menanggapi tentang perdebatan, apakah malaikat yang kuat itu adalah Tuhan Yesus sendiri atau tidak. Telah disimpulkan bahwa malaikat yang kuat itu yang memiliki kesamaan dengan Yesus, bukanlah Tuhan Yesus sendiri bertolak dari berbagai bukti yang menyatakan demikian.
Ayat 2
            Pertanyaan yang pertama muncul yaitu mengapa kitab itu terbuka? Alasan mengapa kitab itu terbuka yaitu untuk melambangkan tugas Yohanes yang melayani sebagai nabi Allah.[15] Maksud dari kitab ini tidak merujuk dan sama dengan gulungan kitab yang ada dalam Wahyu 5:1, dimana gulungan kitab ini tidak tersegel, melainkan terbuka atau digelar ditangan malaikat itu. Dengan demikian tulisan atau isi dari kitab itu dapat dilihat. Jika dalam bahasa penerima harus jelas tangan mana yang memegang kitab itu, maka sebaiknya disebut tangan kanan.
            Ia menginjakan kaki kanannya di atas laut dan kaki kirinya di atas bumi dimana ini menunjukan bahwa betapa besarnya malaikat itu. Dengan kata lain, kekuatan dari malaikat itu sangatlah besar sampai-sampai malaikat itu mampu berdiri antara bumi dan laut masing-masing dengan kakinya. Gambaran ini juga menunjukan bahwa pesan ini dituhukan kepada seluruh penduduk di bumi.[16]
Ayat 3
Ia berseru dengan suara nyaring dalam naskah Yunaninya tidak menyebutkan kata-kata apa yang malaikat serukan itu. Mungkin saja seruan ini hanya untuk menarik perhatian bagi para pendengar terhadap pesan yang sebentar lagi akan datang dari sorga.
Seperti singa yang mengaum menegaskan bahwa suara malaikat itu bukan saja hanya keras, tetapi tentu terdengar menakutkan. Didalam kitab Hosea 11:10 dan Amos 3:9, suara Allah disamakan dengan suara singa.[17]
Tafsiran ketujuh guruh lihat ayat 4
Ayat 4
Ketujuh guruh tidak ada keterangan tentang ketujuh guruh yang di maksud ini di dalam Alkitab maupun dalam tulisa-tulisan lainnya yang berhubungan dengan Alkitab. Sebagaimana di tempat lain, angka “tujuh” seringkali merujuk pada angka kesempurnaan.
Didalam Yohanes 12:28-29 dikatakan beberapa orang mendengar suara Allah berbicara seperti suara guntur. Ditempat lain, dalam Wahyu, bunyi guntur mendahului pelaksanaan hukum Allah (8:5, 11:19,16:18). Dalam bahasa tertentu, bagian ini diterjemahkan menjadi “kedengaran suara guruh menjawab sebaanyak tujuh kali” atau “suara guruh terdengan tujuh kali sebagai jawabannya” atau mungkin juga “langit bergemuruh tujuh kali bersahut-sahutan”.[18]
Tujuh guruh dalam bahasa Yunani aihepta brontai, pada umunya para penafsir menerjemahkan sebagai tujuh malaikat yang menyampaikan berita dengan suara nyaring. Tetapi ayat ini dengan jelas menunjukkan ketujuh guruh ini bukan hanya mengeluarkan suara, tetapi juga sedang berbicara, ada berita pula yang disampaikan. Berita ini bukan hanya diketahui Yohanes, tetapi juga harus diteruskan kepada orang percaya.[19]
Dalam Kitab Wahyu, Yohanes kerap merujuk guruh sebagai tanda hdirat Allah dan hukuman ilahi. Saat guruh muncul dalam Alkitab, hampir bisa dipastikan hal ini merujuk kepada kuasa dan hukuman ilahi. Bunyi guruh adalah simbol hukuman. Sebelum Yohanes mulai menulis perkataan tersebut, ia disuruh memeteraikannya. Artinya menurut ayat ini, perkataan dari ketujuh guruh itu tidak boleh diungkapkan. Berita dari ketujuh guruh ini harus menunggu hingga akhir masa.[20]
Aku mau menuliskannya dalam kata Yunani yang diterjemahkan mau menunjukkan bahwa suatu kegiatan segera akan dilakukan. Yohanes baru mau menuliskan apa yang dikatakan oleh ketujuh guruh itu.
Suara dari sorga mungkin merujuk pada suara Allah sendiri, namun tidak disebutkan secara tersurat. Meteraikanlah … dan jangan engkau menuliskannya. Disini jelas bahwa Yohanes belum menuliskan apa-apa sebelum larangan itu datang. Tetapi terjemahan dalam TB, kata meteraikanlah dapat disalahartikan seakan0akan ada surat yang harus dimeteraikan. [21]

Ayat 5 – 7 (Berita Sang Malaikat bahwa tidak ada waktu lagi)
Ayat 5
            Jika dilihat dalam perbandingan teks antara TB dan BIS, kedua terjemahan ini mengikuti bahasa aslinya yaitu Yunani dan memberi penjelasan tentang malaikat itu, yakni yang kulihat berdiri diatas laut dan di atas bumi.  Dalam bahasa tertentu keterangan ini mungkin di anggap berlebihan dan dapat disederhanakan menjadi “kemudian malaikat itu mengangkat tangannya..”
Kata mengangkat tangan kanannya kelangit adalah sebuah isyarat yang dibuat orang sewaktu mengangkat sumpah dihadapan Allah. Sebagaimana dijelaskan dalam ayat berikutnya (lihat Dan 12:7, Ul 32:40). Ke langit bisa menjadi “kearah langit”.
Ayat 6
            Ia bersumpah demi Dia, mungkin dapat diartikan sebagai “ia mengucapkan canji suci dengan nama Dia”. Dalam konteks ini, malaikat itu bersumpah membuat pernyataan yang penting, dengan Allah sebagai saksinya, bahwa ucapannya itu benar. Dimana ada perbedaan antara janji dan sumpah.
            Dia yang hidup sampai selama-lamanya adalah cara untuk menggambarkan Allah. Menciptakan langit … bumi … dan laut … memiliki maksud yaitu seluruh dunia. Tambahan dan segala isinya menekankan bahwa segala sesuatu yang bernyawa maupun yang tidak bernyawa, diciptakan oleh Allah.
Alam semesta ciptaan Allah itu berada dalam kurun waktu dan ruang, namun Allah sendiri adalah kekal adanya, tidak terbatas dengan waktu maupun ruang. Maka kehendak, pekerjaan, kuasa dan penghukuman-Nya atas manusia; pemeliharaan, penyelamatan atas orang-orang percaya juga tidak terbatas dengan waktu. Berdasarkan kedaulatan-Nya Allah melakukan hal-hal yang kekal, maka Kristus menghakimi setan, menghukum orang-orang berdosa yang tidak bertobat; menyelamatkan jemaat dari penderitaan. Semuanya ini bukan lagi berupa masalah waktu, dan inilah rahasia yang dikabarkan Allah melalui hamba-hamba-Nya yaitu para nabi-Nya.[22]

Ayat 7
            Genaplah keputusan rahasia Allah, yang dimaksud dengan keputusan rahasia adalah rencana-rencana Allah yang belum dinyatakan. Allah mempunyai rencana untuk melaksanakan maksud-Nya terhadap manusia melalui Yesus Kristus. Seorang ahli mengatakan “Tujuan Allah ialah untuk membuat kerajaan-Nya menjadi sempurna; tujuan ini tidak diketahui oleh dunia, tetapi pada akhir zaman semuanya akan dinyatakan dengan lengkap”.
            Genaplah dimana menggenapi berarti membuat lengkap atau menyelesaikan sampai tuntas. Dalam bahasa tertentu kata ini akan diungkapkan sebagai “menghasilkan buah”. Jadi bagian ini bisa juga diterjemahkan menjadi: “Maka Allah akan membuat semuanya terjadi sesuai dengan rencana rahasianya”.
Seperti yang telah Ia beritakan kepada hamba-hamba-Nya, yaitu para mano. Kata Yunani untuk diberitakan disini sama dengan kata untuk “memberitakan Injil” dalam Luk. 8:1.  Para nabi adalah orang-orang yang menyampaikan pesan Allah. Walaupun ada kemungkinan bahwa yang dimaksudkan ialah nabi-nabi Perjanjian Lama, namun rupanya disini nabi-nabi Kristenlah yang dimaksudkan.[23]
Tiupan sangkakala ketujuh menandai datangnya hari itu. Selama hari penghakiman belum tiba, nabi-nabi Allah harus mengabarkan berita keselamatan kepada dunia. Allah menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat (2 Petrus 3:9). Allah memberikan berita ini kepada para hamba-Nya dengan harapan mereka akan menyampaikannya kepada semua bangsa (ayat 10-11; 11:3,10).[24]

Ayat 8 – 11 (Gulungan Kitab Kecil dan maksudnya)
Ayat 8
            Suara yang telah kudengar dari langir itu, berkata pula kepadaku. Ini menunjuk kembali pada ayat ke 4. Dalam bahasa tertentu, orang tidak dapat mengatakan “suara” berkata, tetapi juga harus dijelaskan siapa yang berbicara. Ambillah gulungan kitab, kata-kata ini tidak mengandung unsur paksaan. Dimana pada ayat 9 dikatakan bahwa Yohanes meminta gulungan kitab itu dari malaikat. Dalam bahasa tertentu bagian awal perintah ini akan diterjemahkan dengan cara yang berbeda. Misalnya “pergi dan terimalah kitab yang terbuka ditangan …”.[25]

Ayat 9
Yohanes diminta memakan gulungan kitab kecil yang terasa manis seperti madu di mulutnya, tetapi pahit di lambungnya. Dengan makan dan menelannya, ia merasakan akibat dalam dirinya. Inilah firman Allah yang lebih manis daripada madu (Mzm. 19:11; 119:103). Memakan firman Allah dan menyanyikan pujian-Nya adalah suatu sukacita. Tetapi saat diberitakan, firman yang sama akan menimbulkan ketegangan batin yang terasa pahit :
1.      Firman menyingkapkan dosa-dosa yang tersembunyi di lubuk hati seseorang;
2.      Dunia menolak firman Allah dan melawan dengan menyerang pemberitanya;
3.      Apapun yang Allah berikan kepada umat-Nya, selalu baik.
Meski umat-Nya mendderita penindasan dan aniaya akibat firman-Nya Allah memberkati mereka dengan menarik mereka semakin mendekat kepada-Nya. Meski membawa kehidupan dan sukacita bagi orang beriman, Injil juga membuat orang tak beriman acuh tak acuh, antipati dan memusuhi. Inilah yang dialami oleh saksi ini, saat bernubuat kepada dunia dalam nama Tuhan, mereka dibunuh (Wahyu 11:3-10).
Ayat 10
            Perutku menjadi pahit rasanya berarti bahwa Yohanes merasa perutnya menjadi takut atau terasa tidak nyaman.[26], Kistemaker memberi pemahaman tentang ayat ini, melihat Yohanes secara mental menyerap berita gulungan kitab kecil itu sehingga bisa dipahami dengan baik. Yohanes merasakan manis di mulut saat berita itu disampaikan; tetapi melihat perlawanan akibat firman ini, ia menanggung pahit di dalam dirinya. Saat suara sorgawi menyuruhnya bernubuat, ia tahu ia harus taat.
Ayat 11
            Ia berkata kepadaku diterjemahkan dari bahasa Yunani yang berarti “mereka berkata kepadaku”, mungkin yang dimaksudkan ialah Allah atau malaikat. Bisa juga diterjemahkan seperti dalam BIS saya diperintahkan tanpa menyebutkan siapa yang memerintahkannya. Bernubuat lagi ini berarti bahwa Yohanes disuruh untuk menyampaikan nubuat yang lain lagi daripada yang telah dia sampaikan di bagian awal kitab ini. Bernubuat berarti memberitakan kabar atau pesan dari Allah.
            Kepada diterjemahkan dari bahasa Yunani, yang oleh kebanyakan terjemahan seperti dalam BIS tenang. Bangsa dan kaum dan bahasa disini ditambahkan dan raja untuk penekanan.[27]
Bernubuat tidak hanya meramalkan apa yang akan terjadi, tetapi juga menyebarluaskan penglihatan dan wahyu ilahi yang telah ia terima. Singkatnya, ia harus sepenuhnya mengabarkan wahyu Allah. Kata lagi  berarti ia pernah menerima sejumlah informasi yang harus diberitakan. Kini dengan memiliki berita dari gulungan kitab kecil, ia disuruh menyampaikannya kepada dunia. Ada empat ketegori yang Yohanes pakai : bangsa, kaum, bahasa dan raja. Empat melambangkan dunia. Allah mau semua manusia mendengar dan menanggapi berita-Nya.  Ia peduli kepada semua orang, sebab mereka semua secara pribadi menyandang citra-Nya (Kej.1:27).[28]

7.      Analisis Teologis
a.       Tujuan utama dari Kitab Terbuka ini adalah sebuah cara memberitakan Firman Allah di Seluruh dunia.
b.      Penetapan Malaikat Kuat yang bukan Yesus, menjadi perantara sebagai bentuk kuasa Allah akan Dunia ini
c.       Kebesaran Malaikat yang menunjukan kuasa Allah bagi semua makluk yang ada di Bumi maupun di Lautan.
d.      Akhir zaman tidak ada seorangpun yang mengetahunya, itu adalah rahasia Allah
e.       Allah adalah besar, berkuasa, agung dan nyata. Segala-galanya ada di tangan-Nya
f.       Memberitakan Injil harus di lakukan apapun konsekuensinya






8.      Implikasi Masa Kini
Isu yang beredar tentang akhir zaman atau kedatangan Tuhan yang ke dua kalinya adalah sebuah hal yang sudah tidak asing lagi. Berbagai media yang ada di dunia ini sering mengait-ngaitkan sebuah bencana atau hal-hal aneh yang terjadi di dunia ini, tidak sedikit orang yang menyangkutpautkan dengan akhir zaman atau yang sering di sebut dengan kiamat.
Namun itu kembali kepada persepsi dan kepercayaan masing-masing orang. Percaya atau tidak bukan tidak mungkin hal tersebut adalah benar. Tetapi tak sedikit yang menganggap itu sebagai sebuah takhayul semata. Pemahaman tentang akhir zaman tentu tidak ada seorangpun yang mengetahuinya. Itu adalah sebuah rahasia dari sang pencipta. (lihat ayat 7)
Namun, clue-clue telah diberika. Ibaratkan sebuah teka-teki di butuhkan sebuah kata kunci untuk memecahkannya. Yohanes adalah kunci dari permasalahan ini melalui penglihatan-penglihatan yang telah tertulis dalam kitab Wahyu ini. Allah telah merangkai sedemikian rupa melalui Firman-Nya yang ada dalam Alkitab, tinggal kembali kepada kita bagaimanakah kita akan menyikapi hal tersebut.
Apakah kita telah siap dalam menempuh kehidupan dalam menanti sesuatu yang belum kita ketahui bahkan tidak ada satu orangpun yang tahu kapan itu terjadi. Lakukan sesuai dengan Firman Tuhan, agar supaya kapanpun dan dimanapun kita berada. Entah apakah kita masih ada di dunia ini kemudia hal itu datang atau sudah tidak ada, setidaknya kita telah siap dan bersedia menghadapi itu.





DAFTAR PUSTAKA
G. Bratcher dan Howard A. Hatton, Pedoman Penafsiran Alkitab – Wahyu Kepada Yohanes (Jakarta: LAI 2009
Hagelberg Dave Tafsiran Kitab Wahyu Dari Bahasa Yunani, Yogyakarta : Yayasan ANDI (2005)
Hakh Samuel Benyamin.,Perjanjian Baru, Bandung : Bina Media Informasi, 2010.
Kistemaker Simon.,Tafsiran Kitab Wahyu, Surabaya : Momentum, 2014.
Lembaga Alkitab Indonesia.,Alkitab Edisi Studi, Jakarta : LAI, 2011
Marxen Willi.,Pengantar Perjanjian Baru, Jakarta : BPK. Gunung Mulia, 2015.
theWord® - Bible Softwere




[1] Dave Hagelberg.,Tafsiran Kitab Wahyu, (Yogyakarta : Yayasan ANDI, 1997). 1-3
[2] G. Bratcher dan Howard A. Hatton, Pedoman Penafsiran Alkitab – Wahyu Kepada Yohanes (Jakarta: LAI 2009) hal 1
[3] G. Bratcher dan Howard A. Hatton,Hal 1
[4] Hagelberg, 5.
[5] Samuel Benyamin Hakh. 372.
[6] Willi Marxen.,Pengantar Perjanjian Baru, (Jakarta : BPK. Gunung Mulia, 2015), 343.
[7] LAI.,Alkitab Edisi Studi, (Jakarta : LAI, 2011), 2046.
[8] Hagelberg, 6.
[9] G. Bratcher dan Howard A. Hatton,Hal 1
[10] Kistemaker, 17.
[11] G. Bratcher dan Howard A. Hatton,Hal 157
[12] Dave Hagelberg.,Tafsiran KItab Wahyu, (Yogyakarta : Yayasan Andi, 1997), 212
[13] G. Bratcher dan Howard A. Hatton,Hal 157
[14] 157
[15] Hagelberg, 166
[16] G. Bratcher dan Howard A. Hatton,Hal 158
[17] 158
[18] 158
[19] Piter Wongso, 539
[20] Kistemaker, 335
[21] G. Bratcher dan Howard A. Hatton,Hal 159
[22] Hagelberg, 542
[23] G. Bratcher dan Howard A. Hatton,Hal 160
[24] Kistemaker, 340.
[25] G. Bratcher dan Howard A. Hatton,Hal 161
[26] 161
[27] 161-162
[28] Kistemaker, 342.