1. Latar Belakang
A.
Penulis
Secara
umum, jika dilihat dari introducing kitab Wahyu, penulis Kitab Wahyu
memperkenalkan dirinya sebagai Yohanes (Wahyu 1:1,4; 22:8). Namun dalam sejarah
Alkitab khususnya Perjanjian Baru, tidak sedikit tokoh yang bernama Yohanes ini.
Gereja purba (perdana) mempunyai anggapan bahwa yang dimaksudkan ialah rasul
Yohanes anak Zebedeus yang adalah saudara Yakobus, keduanya diberi
nama Boanerges oleh Yesus, yang berarti “anak-anak guruh” (Mrk
3:17).[1]
Namun
demikian sebutan rasul tidak tertulis dalam Wahyu, kecuali pada ayat 21:14 yang
menyebutkan “kedua belas rasul”. Penulis Wahyu ini menyebut dirinya dengan
sebutan-sebutan umum seperti “hamba-Nya” (1:1) dan “saudara seiman yang ikut
serta dalam kesusahan” (1:9). Malaikat mengatakan bahwa dirinya nabi (22:9) dan
tugasnya adalah bernubuat atau menyampaikan berita dari Allah (10:11); dan Wahyu
ini sendiri memang merupakan kitab nubuat (22:7.10.19). Surat-surat yang
dikirimkan kepada tujuh jemaat atau gereja (2:1 – 3:22) menunjukkan bahwa
penulis Wahyu sangat dikenal oleh umat Kristiani di Asia dan diakui
wibawanya. [2]
Hubungan
antara Yohanes Rasul dan Yohanes sang penulis Kitab Wahyu. Sejak abad ke-2
ada dua pertanyaan yang selalu diajukan mengenai siapa penulis Wahyu ini:
apakah hubungan antara Yohanes penulis Wahyu dengan Yohanes rasul? Apakah
sang “penglihat” dalam Wahyu adalah juga pengarang Yoh, 1 Yoh, 2 Yoh dan 3 Yoh?
Pada paruhan pertama abad ke-2, Papias dan Yustinus Martir menghubungkan Wahyu
dengan rasul Yohanes. Pendapat ini memperoleh dukungan luas dari gereja Barat
maupun Timur, misalnya Melito dari Sardis, Klemens dari Aleksandria dan
Ireneus, Hipolitus, Prolog Anti Marcion dan Tertulianus.
B.
Waktu
dan Tempat Penulisan
Kitab
ini di tulis di sebuah pulau yang bernama Patmas, yaitu pulau tempat Yohanes
diasingkan. Dimna Pulau ini terletak di bagian timur perairan Laut tengah dan
kira-kira 100 km di barat daya kota Efesus. Pada waktu itu, Pulau Patmos
dipakai sebagai penjara oleh pemerintah Roma dan Yohanes di tempatkan di sana.
Yohanes menulis, saya dibuang ke Pulau Patmos karena saya menyebarkan pesan dari Allah,
yang dikuatkan oleh Yesus melalui kesaksian-Nya. (1:9 BIS)[3]
Dare Hagelberg mengatakan bahwa
Kitab Wahyu ditulis kira-kira tahun 95 M.[4]
Menurut Suetonis (seorang sejarahwan Romawi), kaisar yang secara
terang-terangan menyuruh orang untuk menyembah dirinya sebagai dominus et deus noster (tuhan dan allah
kami) adalah Domitianus (81-96 M). Mereka
yang menolak untuk menyembah patung kaisar akan dibuang, dianiaya atau dibunuh.
Menurut Samuel Benyamin Hakh, kitab ini ditulis pada akhir masa pemerintahan
Domitianus, yaitu sekitar tahun 90/ 95 M, yang mungkin ditulis di kota Efesus,
karena di kota ini didirikan patung kaisar tersebut dan rakyat dipaksa
menyembahnya.[5]
Menurut Willi Marxen, waktu
penulisan Kitab Wahyu adalah waktu pemerintahan Domitianus (81-96 M).[6]
Dalam Alkitab Edisi studi, mengatakan bahwa pada waktu pemerintahan Domitianus
atau lebih kemudian, ketika Trayanus memerintah. Namun, ada juga ahli
berpendapat bahwa kitab ini ditulis sebelum kehancuran Yerusalem tahun 70.[7]
C.
Penerima dan Tujuan Kitab Wahyu
Secara khusus surat Wahyu ini jika kita
melihat dari pasal-pasal yang ada pada kitab Wahyu ini. Jelas kita melihat
lebih mudah pada Alkitab Edisi Studi dari LAI yang telah memberikan perikop Penglihatan
Bagi Tujuh Jemaat yang pada hal ini sedang mengalami penderitaan oleh
sebab penganiayaan yang dilakukan oleh pemerintah Roma terhadap orang Percaya. Apa
sajakah ketujuh jemaat ini?
1)
Efesus (2:1-7)
2)
Smirna (2:8-11)
3)
Pergamus
(2:12-17)
4)
Tiatira
(2:18-29)
5)
Sardis (3:1-6)
6)
Filadelfia
(3:7-13)
7)
Laodikia
(3:14-22)
Tetapi tak lepas dari itu, penerima Wahyu ini tentu
mencakup seluruh orang yang ada pada masa itu, masa kini dan masa yang akan
datang.
Secara umum, sebagai bagian
dari Alkitab, kitab ini juga ditulis untuk setiap orang Kristen. Kitab Wahyu
ditulis dan dikirim kepada orang-orang Kristen dari ke tujuh jemaat (dan kepada
kita) untuk mendorong, menegur dan membesarkan hati mereka (dan hati kita).
Selain itu, kitab ini juga ditulis untuk menantang mereka supaya mereka
bertobat atau supaya mereka berdiri tegak, sesuai dengan keadaan mereka
masing-masing. Dengan demikian, jika mereka menaati apa yang tertulis dalam
kitab ini, mereka akan turut bersukacita karena Tuhan Yesus dan kemenangan-Nya
(Wahyu 1:3; 2:7; 11, 17 dan 15-28). Penglihatan itu secara tidak langsung
mendukung tantangan dan dorongan tersebut. Kristus Raja akan kembali dengan
kemenangan dan akan memberikan hadiah kepada mereka yang menang terhadap godaan
dan pencobaan, sebagaimana Dia pun menang.[8]
D.
Situasi
Sosial, Politik dan Agama
1) Situasi
Sosial
Kekaisaran
Romawi yang mengalami kejayaan akibat luasnya pemerintahan pada waktu itu. Di tengah-tengah
penderitaan orang Kristen pada waktu itu ada banyak permasalahan yang di
akibatkan oleh kekaisaran Romawi ini. Dimana pada waktu kitab wahyu ini di
tulis status sosial jemaat bahkan orang-orang pada waktu itu ada yang kaya raya
dan ada yang sangat miskin. Status sosiallah yang menjadi jembatan pada
orang-orang saat itu antara kaya dan miskin.
2) Keadaan
Pemerintahan
Ada
sebuah momen dimana terjadi perang saudara yang terjadi ketika Kaisar Nero
meninggal pada 9 Juni tahun 68. Dimana ada empat kaisar yang menduduki tahkta
pada saat itu. Dimana kekaisaran menjadi acuan dari pemerintah, apa yang
menjadi dasar dari kekaisaran maka agama dan lain sebaginya haruslah tunduk.
Termasuk menyembah kaisar adalah hal yang sudah tidak dapat di ganggu gugat. Jika
menolak, aniaya dan kematianlah yang di perhadapkan.
3) Keadaan
Agama
a)
Orang Yahudi
Oleh karena Bait Allah di
Yerusalem dihancurkan pada tahun 70 M oleh pasukan jenderal Titus, maka orang
Israel tersebar sebagai pendatang dan pada umumnya mereka dibenci. Pungutan
pajak yang berat khusus bagi orang Yahudi, diadakan oleh raja Vespasian.
b)
Orang Roma
Banyak menyembah
dewa-dewi, termasuk raja Domitianus.
c)
Orang Kristen
Pada tahun 95, agama
Kristen sudah dianggap berbeda dengan agama Yahudi. Agama Kristen dianggap
atheis, karena orang Kristen tidak mau terlibat dalam agama Roma. Beberapa
orang Kristen dan beberapa jemaat dianiaya (Wahyu 1:9; 2:10,13).
2.
Kesusastraan
Kitab
Wahyu adalah sebuah kitab apokaliptik, yaitu kitab yang berisi hal atau
pristiwa-peristiwa yang berhubungan dengan akhir zaman. Memang ada juga
bagian-bagian lain dalam Alkitab yang dapat dikatakan sebagai apokaliptik,
misalnya Daniel pasal 7-12 dan Markus 13 serta bagian sejajarnya dalam Injil
sinoptik yang lain. Namun kitab Wahyu inilah satu-satu kitab yang seluruhnya
bersifat apokaliptik. Bagian pertama merupakan pendahuluannya dan terdiri dari
surat-surat kepada tujuh sidang jemaat.
Pesan
kitab ini disajikan dalam serangkaian penglihatan yang meliputi
peristiwa-peristiwa aneh dengan tempat-tempat dan benda-benda serta
makhluk-makhluk (manusia maupun binatang) yang melambangkan orang-orang atau
kejadian yang berhubungan dengan hidup dan nasib orang-orang Kristen pada abad
pertama. Yang perlu diingat bahwa kitab ini ditulis untuk memberikan semangat
secara rohani langsung kepada pembacanya pada waktu itu. Ini berarti bahwa
simbol-simbol dam kiasan-kiasan yang terdapat didalam kitab Wahyu dapat
dimengerti oleh pembaca pada waktu itu.[9]
Angka,
gambaran, ungkapan kebesaran, harus ditafsirkan sebagai simbol yang
menghadirkan ide totalitas, kepenuhan dan kesempurnaan. Sebagian besar
simbolisme Yohanes berasal dari Perjanjian Lama dan konteks jemaat zaman itu.
Kita perlu mencatat bahwa pikiran Yahudi abad I menerima dan menyajikan
informasi melalui gambar, ilustrasi dan simbol. Sebaliknya, pikiran Yunani
zaman itu banyak memakai konselp-konsep abstrak yang dianalisis dan dijelaskan
dengan ketepatan lisan. Meski Yohanes hidup dalam lingkungan Yunani dan menulis
kitabnya dalam bahasa Yunani, penyusunannya merefleksikan pikiran Timur yang
mengkomunikasikan Kitab Wahyu dengan bantuan gambar. Pikiran Ibrani melihat
Allah sebagai benteng, batu karang, perisai dan kubu pertahanan (Mazmur 18:2).
Gambaran ini harus dilihat secara keseluruhan. Yohanes menulis Kitab Wahyu dari
sudut pandang Perjanjian Lama.[10]
3.
Pembagian
Pokok-pokok Pikiran/Garis Besar Kitab
a)
Introduksi (1 : 1-8) : prolog (1:1-3), salam (1:4-5a),
doksologi (1:5b-6), nubuat (1:7-8).
b)
Penglihatan 1 : Jemaat
di Bumi (1 : 9 - 3 : 22).
c)
Penglihatan 2 (4:1 - 8:1) : Tahta Allah (4:1 - 5:14) dan Tujuh
Meterai (6:1 - 8:1).
d)
Penglihatan 3 : Tujuh
Sangkakala (8:2 - 11:19).
e)
Penglihatan 4 : Aspek-aspek
peperangan dan keselamatan.
f)
Penglihatan 5 : Tujuh
cawan penghakiman (15:1 - 16:21).
g)
Penglihatan 6 : Kemenangan
Kristus (17:1 - 19:21).
h)
Penglihatan 7 : Langit
baru dan bumi baru (20:1 - 22:5).
i)
Penutup (22:6-21) : Kedatangan Kristus kembali (22:6-17),
peringatan (22:18-19), janji dan berkat (22:20-21).
5. Pengenalan Perikop
Wahyu 10 : 1 – 11
“Kitab Terbuka”
Judul perikop
dalam BIS Malaikat dan gulungan buku kecil atau “penglihatan tentang
malaikan dan gulungan buku yang kecil” atau “Mimpi tentang malaikat dan
gulungan kitab kecil”. Penglihatan ini merupakan bagian pertama dari dua
peristiwa yang terjadi antara peniupan trompet keenam (9:13) dan peniupan
terompet ketujuh (11:15). Selingan ini menekankan betapa pentingnya hal yang
akan terjadi pada saat trompet ketujuh ditiup.
Pokok-Pokok Pikiran
Ayat 1 – 4 : Malaikat yang
kuat.
Ayat 5 – 7 : Berita Sang
Malaikat bahwa tidak ada waktu lagi.
Ayat
8 – 11 : Gulungan Kitab Kecil dan maksudnya.
Simbol-simbol
a)
Malaikat itu
berselubungkan awan.
b)
Di atas
kepalanya ada pelangi.
c)
Mukanya sama
seperti matahari.
d)
Kakinya bagaikan
tiang api.
e)
Ia memegang
sebuah gulungan kitab kecil yang terbuka.
f)
Ia menginjakkan
kaki kanannya di atas laut dan kaki kirinya di atas bumi.
g)
Ia berseru
dengan suara nyaring sama seperti singa yang mengaum.
h)
Meterai.
i)
Bunyi sangkakala.
j)
Di dalam mulut
terasa manis seperti madu, sesudah memakannya perut menjadi pahit.
6. Uraian Kitab/Tafsiran
Ayat 1 – 4 (Malaikat
yang kuat)
Ayat 1
Kata
dan
aku melihat ini adalah suatu penglihatan yang baru. Memiliki arti atau
makna yang sama dengan “dan aku bermimpi lagi dan melihat.” Seorang
malaikat lain yang kuat turun dari Sorga. Mungkin ini adalah malaikat
yang sama yang muncul jika kita melihat pada Wahyu 5:2, yang digambarkan sebagi
malaikat yang gagah. [11]
Berbeda
dengan pandangan Hagelberg yang mengemukakan pendapatnya dengan bertitiktolak
dari pandangan para ahli tafsir yang mengatakan bahwa malaikat lain yang kuat itu merujuk pada Yesus Kristus sendiri.
Melandasi itu, karena ada unsur-unsur seperti awan, pelangi, matahari dan tiang
api yang mudah dikaitkan dengan Yesus Kristus. Tetapi statement tersebut tentu
tidak cocok dengan mengaitkan malaikat lain tersebut dengan Sang Mahakuasa.[12]
Simon J. Kistemaker mengungkapkan bahwa malaikat ini
jangan disamakan dengan Yesus Kristus, sebab pasal ini sama sekali tidak
berbicara tentang penyembahan dan pemujaan yang seharusnya dipanjatkan
kepada-Nya. Surga adalah tenpat kediaman Allah.
Berselubung awan yang memiliki kata kerja berselubung dipakai dalam arti “berpakaian” dan dapat juga diterjemahkan begitu. Oleh karena awan
itu merupakan pakaian yang dipakai oleh malaikat, dalam bahasa tertentu
diterjemahannya menjadi “malaikat itu
memakai (mengenakan) awan sebagai pakaiannya”, “pakaian malaikat itu adalah awan” atau “awam sebagai pakaiannya”, “pakaian
malaikat itu adalah awan” atau “malaikat
itu diselimuti oleh awan (menyelimuti dirinya dengan awan) sehingga dia seperti
memakai jubah” atau “malaikat itu
berjubah awan”
Pelangi ada diatas kepalanya kata pelangi juga muncul pada Wahyu 4:3 yang
dikatakan dalam Alkitab Edisi Studi dari LAI, dimana pelangi ini mengingatkan
jemaat pada janji Allah terhadap Nuh dalam Kejadian 9:16-17. Kata Yunani di atas tidak jelas maksudnya
apakah ada lingkaran dengan warna pelangi yang melingkari kepada malaikat itu,
atau ada pelangi yang melengkung setengah lingkaran di atas kepalanya. Banyak
terjemahan hanya membuatnya menjadi “diatas” atau “pada”.[13]
Namun secara harafiah menurut pendapat
saya jika dihubungkan dengan apa itu pelangi, dikaitkan bahwa pelangi adalah
hasil pembiasan cahaya dari kristal-kristal air yang membuat kumpulan warna
dasar yang melengkung nan indah. Pelangi yang indah ini dapat juga di katakan
sebagai sebuah mahkota dari malaikat. Karena sifat pelangi yang indah yang
membuat orang yang melihatnya merasa terkesan atau terkesima.
Mukanya sama seperti matahari, maksudnya wajahnya bersinar seperti matahari. Kakinya
bagaikan tiang api, kata tiang muncul
juga pada Wahyu 3:12 atau dengan kata “sokoguru”.[14]
Menanggapi tentang perdebatan, apakah
malaikat yang kuat itu adalah Tuhan Yesus sendiri atau tidak. Telah disimpulkan
bahwa malaikat yang kuat itu yang memiliki kesamaan dengan Yesus, bukanlah
Tuhan Yesus sendiri bertolak dari berbagai bukti yang menyatakan demikian.
Ayat 2
Pertanyaan
yang pertama muncul yaitu mengapa kitab itu terbuka? Alasan mengapa kitab itu
terbuka yaitu untuk melambangkan tugas Yohanes yang melayani sebagai nabi
Allah.[15]
Maksud dari kitab ini tidak merujuk dan sama dengan gulungan kitab yang ada
dalam Wahyu 5:1, dimana gulungan kitab ini tidak tersegel, melainkan terbuka
atau digelar ditangan malaikat itu. Dengan demikian tulisan atau isi dari kitab
itu dapat dilihat. Jika dalam bahasa penerima harus jelas tangan mana yang
memegang kitab itu, maka sebaiknya disebut tangan kanan.
Ia
menginjakan kaki kanannya di atas laut dan kaki kirinya di atas bumi dimana
ini menunjukan bahwa betapa besarnya malaikat itu. Dengan kata lain, kekuatan
dari malaikat itu sangatlah besar sampai-sampai malaikat itu mampu berdiri
antara bumi dan laut masing-masing dengan kakinya. Gambaran ini juga menunjukan
bahwa pesan ini dituhukan kepada seluruh penduduk di bumi.[16]
Ayat 3
Ia berseru dengan suara nyaring dalam naskah Yunaninya tidak menyebutkan kata-kata
apa yang malaikat serukan itu. Mungkin saja seruan ini hanya untuk menarik
perhatian bagi para pendengar terhadap pesan yang sebentar lagi akan datang
dari sorga.
Seperti singa yang mengaum menegaskan bahwa suara malaikat itu bukan saja hanya
keras, tetapi tentu terdengar menakutkan. Didalam kitab Hosea 11:10 dan Amos
3:9, suara Allah disamakan dengan suara singa.[17]
Tafsiran ketujuh guruh lihat ayat 4
Ayat 4
Ketujuh guruh tidak ada keterangan tentang ketujuh guruh yang di maksud ini di dalam Alkitab maupun dalam
tulisa-tulisan lainnya yang berhubungan dengan Alkitab. Sebagaimana di tempat
lain, angka “tujuh” seringkali merujuk pada angka kesempurnaan.
Didalam Yohanes 12:28-29 dikatakan
beberapa orang mendengar suara Allah berbicara seperti suara guntur. Ditempat
lain, dalam Wahyu, bunyi guntur mendahului pelaksanaan hukum Allah (8:5,
11:19,16:18). Dalam bahasa tertentu, bagian ini diterjemahkan menjadi “kedengaran
suara guruh menjawab sebaanyak tujuh kali” atau “suara guruh terdengan tujuh
kali sebagai jawabannya” atau mungkin juga “langit bergemuruh tujuh kali
bersahut-sahutan”.[18]
Tujuh guruh dalam bahasa Yunani aihepta
brontai, pada umunya para penafsir menerjemahkan sebagai tujuh malaikat
yang menyampaikan berita dengan suara nyaring. Tetapi ayat ini dengan jelas
menunjukkan ketujuh guruh ini bukan hanya mengeluarkan suara, tetapi juga
sedang berbicara, ada berita pula yang disampaikan. Berita ini bukan hanya
diketahui Yohanes, tetapi juga harus diteruskan kepada orang percaya.[19]
Dalam
Kitab Wahyu, Yohanes kerap merujuk guruh sebagai tanda hdirat Allah dan hukuman ilahi. Saat guruh muncul dalam
Alkitab, hampir bisa dipastikan hal ini merujuk kepada kuasa dan hukuman ilahi.
Bunyi guruh adalah simbol hukuman. Sebelum Yohanes mulai menulis perkataan
tersebut, ia disuruh memeteraikannya. Artinya menurut ayat ini, perkataan dari
ketujuh guruh itu tidak boleh diungkapkan. Berita dari ketujuh guruh ini harus menunggu
hingga akhir masa.[20]
Aku
mau menuliskannya dalam kata Yunani yang diterjemahkan mau menunjukkan bahwa suatu kegiatan segera akan dilakukan. Yohanes baru mau menuliskan apa yang dikatakan oleh
ketujuh guruh itu.
Suara dari sorga mungkin merujuk pada suara Allah sendiri, namun
tidak disebutkan secara tersurat. Meteraikanlah … dan jangan engkau
menuliskannya. Disini jelas bahwa Yohanes belum menuliskan apa-apa
sebelum larangan itu datang. Tetapi terjemahan dalam TB, kata meteraikanlah
dapat disalahartikan seakan0akan ada surat yang harus dimeteraikan. [21]
Ayat 5 – 7 (Berita Sang Malaikat bahwa tidak ada
waktu lagi)
Ayat 5
Jika
dilihat dalam perbandingan teks antara TB dan BIS, kedua terjemahan ini
mengikuti bahasa aslinya yaitu Yunani dan memberi penjelasan tentang malaikat
itu, yakni yang kulihat berdiri diatas laut dan di atas bumi. Dalam bahasa tertentu keterangan ini mungkin
di anggap berlebihan dan dapat disederhanakan menjadi “kemudian malaikat itu
mengangkat tangannya..”
Kata mengangkat tangan kanannya
kelangit adalah sebuah isyarat yang dibuat orang sewaktu mengangkat
sumpah dihadapan Allah. Sebagaimana dijelaskan dalam ayat berikutnya (lihat Dan
12:7, Ul 32:40). Ke langit bisa menjadi “kearah langit”.
Ayat 6
Ia
bersumpah demi Dia, mungkin dapat
diartikan sebagai “ia mengucapkan canji suci dengan nama Dia”. Dalam konteks
ini, malaikat itu bersumpah membuat pernyataan yang penting, dengan Allah
sebagai saksinya, bahwa ucapannya itu benar. Dimana ada perbedaan antara janji
dan sumpah.
Dia
yang hidup sampai selama-lamanya adalah cara untuk menggambarkan Allah.
Menciptakan
langit … bumi … dan laut … memiliki maksud yaitu seluruh dunia.
Tambahan dan segala isinya menekankan bahwa segala sesuatu yang bernyawa
maupun yang tidak bernyawa, diciptakan oleh Allah.
Alam semesta ciptaan Allah itu berada dalam kurun waktu
dan ruang, namun Allah sendiri adalah kekal adanya, tidak terbatas dengan waktu
maupun ruang. Maka kehendak, pekerjaan, kuasa dan penghukuman-Nya atas manusia;
pemeliharaan, penyelamatan atas orang-orang percaya juga tidak terbatas dengan
waktu. Berdasarkan kedaulatan-Nya Allah melakukan hal-hal yang kekal, maka
Kristus menghakimi setan, menghukum orang-orang berdosa yang tidak bertobat;
menyelamatkan jemaat dari penderitaan. Semuanya ini bukan lagi berupa masalah
waktu, dan inilah rahasia yang dikabarkan Allah melalui hamba-hamba-Nya yaitu
para nabi-Nya.[22]
Ayat 7
Genaplah keputusan rahasia Allah, yang dimaksud dengan keputusan rahasia adalah
rencana-rencana Allah yang belum dinyatakan. Allah mempunyai rencana untuk
melaksanakan maksud-Nya terhadap manusia melalui Yesus Kristus. Seorang ahli
mengatakan “Tujuan Allah ialah untuk membuat kerajaan-Nya menjadi sempurna;
tujuan ini tidak diketahui oleh dunia, tetapi pada akhir zaman semuanya akan
dinyatakan dengan lengkap”.
Genaplah dimana menggenapi berarti
membuat lengkap atau menyelesaikan sampai tuntas. Dalam bahasa tertentu kata
ini akan diungkapkan sebagai “menghasilkan buah”. Jadi bagian ini bisa juga
diterjemahkan menjadi: “Maka Allah akan membuat semuanya terjadi sesuai dengan
rencana rahasianya”.
Seperti
yang telah Ia beritakan kepada hamba-hamba-Nya, yaitu para mano. Kata Yunani untuk diberitakan disini sama
dengan kata untuk “memberitakan Injil” dalam Luk. 8:1. Para nabi adalah orang-orang yang
menyampaikan pesan Allah. Walaupun ada kemungkinan bahwa yang dimaksudkan ialah
nabi-nabi Perjanjian Lama, namun rupanya disini nabi-nabi Kristenlah yang
dimaksudkan.[23]
Tiupan
sangkakala ketujuh menandai datangnya hari itu. Selama hari penghakiman belum
tiba, nabi-nabi Allah harus mengabarkan berita keselamatan kepada dunia. Allah menghendaki supaya jangan ada yang
binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat (2 Petrus 3:9).
Allah memberikan berita ini kepada para hamba-Nya dengan harapan mereka akan
menyampaikannya kepada semua bangsa (ayat 10-11; 11:3,10).[24]
Ayat 8 – 11 (Gulungan Kitab Kecil dan maksudnya)
Ayat 8
Suara yang telah kudengar dari langir itu,
berkata pula kepadaku. Ini menunjuk
kembali pada ayat ke 4. Dalam bahasa tertentu, orang tidak dapat mengatakan
“suara” berkata, tetapi juga harus dijelaskan siapa yang berbicara. Ambillah
gulungan kitab, kata-kata ini tidak mengandung unsur paksaan. Dimana
pada ayat 9 dikatakan bahwa Yohanes meminta gulungan kitab itu dari malaikat.
Dalam bahasa tertentu bagian awal perintah ini akan diterjemahkan dengan cara
yang berbeda. Misalnya “pergi dan terimalah kitab yang terbuka ditangan …”.[25]
Ayat 9
Yohanes
diminta memakan gulungan kitab kecil yang terasa manis seperti madu di
mulutnya, tetapi pahit di lambungnya. Dengan makan dan menelannya, ia merasakan
akibat dalam dirinya. Inilah firman Allah yang lebih manis daripada madu (Mzm.
19:11; 119:103). Memakan firman Allah dan menyanyikan pujian-Nya adalah suatu
sukacita. Tetapi saat diberitakan, firman yang sama akan menimbulkan ketegangan
batin yang terasa pahit :
1.
Firman menyingkapkan dosa-dosa yang tersembunyi di lubuk
hati seseorang;
2.
Dunia menolak firman Allah dan melawan dengan menyerang
pemberitanya;
3.
Apapun yang Allah berikan kepada umat-Nya, selalu baik.
Meski umat-Nya mendderita
penindasan dan aniaya akibat firman-Nya Allah memberkati mereka dengan menarik
mereka semakin mendekat kepada-Nya. Meski membawa kehidupan dan sukacita bagi
orang beriman, Injil juga membuat orang tak beriman acuh tak acuh, antipati dan
memusuhi. Inilah yang dialami oleh saksi ini, saat bernubuat kepada dunia dalam
nama Tuhan, mereka dibunuh (Wahyu 11:3-10).
Ayat 10
Perutku
menjadi pahit rasanya berarti bahwa
Yohanes merasa perutnya menjadi takut atau terasa tidak nyaman.[26], Kistemaker memberi pemahaman tentang ayat ini, melihat
Yohanes secara mental menyerap berita gulungan kitab kecil itu sehingga bisa
dipahami dengan baik. Yohanes merasakan manis di mulut saat berita itu
disampaikan; tetapi melihat perlawanan akibat firman ini, ia menanggung pahit
di dalam dirinya. Saat suara sorgawi menyuruhnya bernubuat, ia tahu ia harus
taat.
Ayat 11
Ia
berkata kepadaku diterjemahkan
dari bahasa Yunani yang berarti “mereka berkata kepadaku”, mungkin yang
dimaksudkan ialah Allah atau malaikat. Bisa juga diterjemahkan seperti dalam
BIS saya
diperintahkan tanpa menyebutkan siapa yang memerintahkannya. Bernubuat
lagi ini berarti bahwa Yohanes disuruh untuk menyampaikan nubuat yang
lain lagi daripada yang telah dia sampaikan di bagian awal kitab ini. Bernubuat
berarti memberitakan kabar atau pesan dari Allah.
Kepada
diterjemahkan dari bahasa Yunani, yang oleh kebanyakan terjemahan
seperti dalam BIS tenang. Bangsa dan kaum dan bahasa disini ditambahkan dan
raja untuk penekanan.[27]
Bernubuat tidak hanya meramalkan apa yang akan terjadi,
tetapi juga menyebarluaskan penglihatan dan wahyu ilahi yang telah ia terima.
Singkatnya, ia harus sepenuhnya mengabarkan wahyu Allah. Kata lagi berarti ia pernah menerima sejumlah informasi
yang harus diberitakan. Kini dengan memiliki berita dari gulungan kitab kecil,
ia disuruh menyampaikannya kepada dunia.
Ada
empat ketegori yang Yohanes pakai : bangsa, kaum, bahasa dan raja. Empat melambangkan dunia. Allah mau
semua manusia mendengar dan menanggapi berita-Nya. Ia peduli kepada semua orang, sebab mereka
semua secara pribadi menyandang citra-Nya (Kej.1:27).[28]
7.
Analisis Teologis
a.
Tujuan utama
dari Kitab Terbuka ini adalah sebuah cara memberitakan Firman Allah di Seluruh
dunia.
b.
Penetapan
Malaikat Kuat yang bukan Yesus, menjadi perantara sebagai bentuk kuasa Allah
akan Dunia ini
c.
Kebesaran
Malaikat yang menunjukan kuasa Allah bagi semua makluk yang ada di Bumi maupun
di Lautan.
d.
Akhir zaman
tidak ada seorangpun yang mengetahunya, itu adalah rahasia Allah
e.
Allah adalah
besar, berkuasa, agung dan nyata. Segala-galanya ada di tangan-Nya
f.
Memberitakan
Injil harus di lakukan apapun konsekuensinya
8.
Implikasi Masa Kini
Isu yang beredar tentang akhir zaman
atau kedatangan Tuhan yang ke dua kalinya adalah sebuah hal yang sudah tidak
asing lagi. Berbagai media yang ada di dunia ini sering mengait-ngaitkan sebuah
bencana atau hal-hal aneh yang terjadi di dunia ini, tidak sedikit orang yang
menyangkutpautkan dengan akhir zaman atau yang sering di sebut dengan kiamat.
Namun itu kembali kepada persepsi dan
kepercayaan masing-masing orang. Percaya atau tidak bukan tidak mungkin hal
tersebut adalah benar. Tetapi tak sedikit yang menganggap itu sebagai sebuah
takhayul semata. Pemahaman tentang akhir zaman tentu tidak ada seorangpun yang
mengetahuinya. Itu adalah sebuah rahasia dari sang pencipta. (lihat ayat 7)
Namun, clue-clue telah diberika.
Ibaratkan sebuah teka-teki di butuhkan sebuah kata kunci untuk memecahkannya.
Yohanes adalah kunci dari permasalahan ini melalui penglihatan-penglihatan yang
telah tertulis dalam kitab Wahyu ini. Allah telah merangkai sedemikian rupa
melalui Firman-Nya yang ada dalam Alkitab, tinggal kembali kepada kita
bagaimanakah kita akan menyikapi hal tersebut.
Apakah kita telah siap dalam menempuh
kehidupan dalam menanti sesuatu yang belum kita ketahui bahkan tidak ada satu
orangpun yang tahu kapan itu terjadi. Lakukan sesuai dengan Firman Tuhan, agar
supaya kapanpun dan dimanapun kita berada. Entah apakah kita masih ada di dunia
ini kemudia hal itu datang atau sudah tidak ada, setidaknya kita telah siap dan
bersedia menghadapi itu.
DAFTAR PUSTAKA
G.
Bratcher dan Howard A. Hatton, Pedoman
Penafsiran Alkitab – Wahyu Kepada Yohanes (Jakarta: LAI 2009
Hagelberg Dave Tafsiran Kitab Wahyu
Dari Bahasa Yunani, Yogyakarta :
Yayasan ANDI (2005)
Hakh Samuel Benyamin.,Perjanjian
Baru, Bandung : Bina Media Informasi, 2010.
Kistemaker Simon.,Tafsiran Kitab
Wahyu, Surabaya : Momentum, 2014.
Lembaga Alkitab Indonesia.,Alkitab
Edisi Studi, Jakarta : LAI, 2011
Marxen Willi.,Pengantar Perjanjian
Baru, Jakarta : BPK. Gunung Mulia, 2015.
theWord® - Bible
Softwere
[2] G.
Bratcher dan Howard A. Hatton, Pedoman
Penafsiran Alkitab – Wahyu Kepada Yohanes (Jakarta: LAI 2009) hal 1
[3] G.
Bratcher dan Howard A. Hatton,Hal 1
[4] Hagelberg, 5.
[5] Samuel Benyamin Hakh. 372.
[6] Willi Marxen.,Pengantar Perjanjian Baru, (Jakarta : BPK. Gunung Mulia, 2015),
343.
[7] LAI.,Alkitab
Edisi Studi, (Jakarta : LAI, 2011), 2046.
[8] Hagelberg, 6.
[9] G.
Bratcher dan Howard A. Hatton,Hal 1
[10] Kistemaker, 17.
[11]
G. Bratcher dan Howard A. Hatton,Hal 157
[12]
Dave Hagelberg.,Tafsiran KItab Wahyu, (Yogyakarta
: Yayasan Andi, 1997), 212
[13]
G. Bratcher dan Howard A. Hatton,Hal 157
[14]
157
[16]
G. Bratcher dan Howard A. Hatton,Hal 158
[17]
158
[18]
158
[19] Piter Wongso, 539
[20] Kistemaker, 335
[21]
G. Bratcher dan Howard A. Hatton,Hal 159
[22] Hagelberg, 542
[23]
G. Bratcher dan Howard A. Hatton,Hal 160
[24] Kistemaker, 340.
[25]
G. Bratcher dan Howard A. Hatton,Hal 161
[26]
161
[27]
161-162
[28] Kistemaker, 342.