A. Teori
Misi
Missiologi berasal
dari dalam bahasa Latin mission dan
bahasa Yunani logos. Mission berarti pengutusan dengan pesan atau message khusus untuk disampaikan atau tugas khusus untuk dilaksanakan. Logos
berarti ilmu atau studi, kata atau wacana, yang dari beberapa pengertian itu
diambil kesimpulan bahwa misiologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang
perutusan/pengutusan maupun penginjilan. Misi dan Penginjilan merupakan suatu
tugas yang gereja tanggapi sebagai mandat atau perintah langsung dari Tuhan
Yesus dalam rangka peranannya di dunia ini. Alkitab telah banyak memberikan
kita catatan-catatan penting tentang bagaimana pergerakan para murid dan gereja
mula-mula dalam merespon hal ini. Semua itu dapat dilihat dalam kitab Kisah
Para Rasul dan juga kitab-kitab lain dalam Perjanjian Baru, mengenai bagaimana
upaya gereja mula-mula merespon Amanat Agung itu. Dalam Matius 28:19-20, Yesus
memberikan perintah kepada murid-muridnya. Inilah Amanat Agung, Perintah Agung,
yang bukan hanya sekedar ayat agung.
Sejarah misi Kristen meluas selama
sekitar 2.000 tahun, kematian Kristus sampai hari ini, di mana misionaris
Kristen bekerja untuk menyebarkan agama Kristen. Dalam rentang waktu sekitar 2.000 tahun, misi
Kristen secara dinamis telah mengalami evolusi, pergeseran, dan perubahan yang
tidak terlepas dari aneka faktor. Hasil interaksi dengan kebudayaan setempat,
interpretasi inovatif terhadap teks, dan gerakan reformis dalam tubuh gereja,
kesemuanya memberikan sumbangsih dalam memformulasikan garis misi Kristen. Pada
masa formatif Kristen, misi atau ajakan/da'wah Kristiani tidak melampaui batas
suatu aktivitas sederhana yang dilakukan oleh kelompok tertentu. Mereka
mengajak sesamanya untuk bergabung dalam keluarga besar pengikut Yesus yang
pada waktu itu sangat dipengaruhi oleh keyakinan akan hadirnya hari kiamat yang
akan ditandai dengan kebangkitan kembali Yesus. Olehnya mereka yang memancarkan
misi tidak menaruh perhatian akan program atau kelangsungan hidup institusi gereja.
Kekecewaan terhadap ajaran-ajaran yang menyimpang dari Alkitab membuat
Marthin Luther mengadakan reformasi dalam tubuh gereja Katolik Roma. · Roma
1:16 memberi kesadaran kepada Marthin Luther dan melahirkan 3 semboyan, sola
gratia, sola scripture, sola fide. · Akhirnya gereja Katolik Roma mengusir
Marthin Luther dari dalam gereja, sehingga pengikutnya kemudia disebut sebagai
kaum reformator. Gereja protestan bertumbuh dengan pesat, bahkan masih terpecah
ke dalam beberapa aliran lainnya. Menuju satu Misi yang Relevan · Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi telah menyadarkan manusia bahwa konsep-konsep
rasionalisme bukan lagi segala-galanya dan tidak harus melakukan ekspansi dalam
menyebarluaskannya. · Skema subjek-objek telah dibaharui, bumi bukanlah sekedar
objek tetapi bagian dari manusia yang tidak dapat dipisahkan, sehingga
kesadaran ekologis mulai berkembang. · Kesadaran akanpentingnya membangun
dialog dengan penganut agama lain menjadi hal yang tidak dapat dikesampingkan.
· Gereja bukanlagi bersifat sentifugal tetapi sentrypetal. Misi bukanlagi dari
gereja dan untuk gereja, melainkan dari gereja dan untuk umat manusia. · Misi
yang dijalankan oleh gereja bukanlah misi gereja, melainkan misi Allah yang
dipercayakan kepada gereja, sehingga gereja adalah Alat dan bukan penentu dalam
melaksanakan Misi. Proses pelaksanaan Misi tidak boleh serampangan, harus
memperhatikan konteks social masyarakat sekitarnya, sehingga tidak lagi tejadi
vandalisme teologis.
B.
SEJARAH
GMIM
Kata “Masehi” berasal dari bahasa Arab yang sama
artinya dengan kata Kristen. Demikian juga dengan kata “Injil” yang berakar
pada kata Arab “Injil” yang sepadan artinya dengan kata Yunani “Euanggelion”
yang berarti kabar baik. Dalam sejarah gereja, ungkapan “Masehi Injili” sama
artinya dengan Protestan. Dengan demikian GMIM adalah persekutuan umat
kristiani yang senantiasa mewartakan Injil (kabar baik) sesuai amanat panggilan
Yesus Kristus yang adalag Kabar Baik itu sendiri. Kata “di” dalam Gereja Masehi
Injili di Minahasa digunakan sejak berdiri sendiri pada tanggal 30 September
1934. Kata “di” dalam nama GMIM menunjuk pada nama diri dari organisasi gereja
ini. GMIM merupakan hasil dari Pekabaran Injil di Tanah Minahasa. Oleh karena
Injil telah melekat di dalam GMIM, maka GMIM bertugas memberitakan Injil ke
seluruh dunia karena memiliki karakteristik esa, kudus, am, rasuli, dan
universal. GMIM meluas secara geografis dan terbuka bagi orang-orang percaya
dari berbagai latar belakang sosial budaya untuk menjadi anggota di salah satu
jemaat GMIM. Gereja Masehi Injili di Minahasa ialah penjelmaan yang keesaan
seluruh anggota Gereja yang tersusun atas Jemaat, Wilayah dan Sinode.[1]
Gereja Masehi Injili di Minahasa (disingkat GMIM)
adalah salah satu kelompok gereja Protestan di Indonesia yang beraliran
Calvinisme. GMIM didirikan di Minahasa, Sulawesi Utara pada tahun 1934 setelah
dipisahkan dari gereja induknya, "Indische Kerk" (yang sekarang
menjadi Gereja Protestan di Indonesia/GPI) dan pada tanggal 30 September 1934
GMIM dinyatakan sebagai Gereja mandiri. Tanggal ini diperingati sebagai hari
jadi GMIM. Kekristenan mulai diperkenalkan di tanah Minahasa oleh dua
misionaris Jerman yang dididik di Belanda, yaitu Johann Friedrich Riedel dan
Johann Gottlieb Schwarz, yang diutus oleh Nederlandsch Zendeling Genootschap
(NZG), badan pekabaran Injil asal Belanda. Pada tanggal 12 Juni 1831 mereka
tiba di daerah ini untuk memberitakan Injil. Tanggal ini diperingati oleh GMIM
sebagai Hari Pekabaran Injil dan Pendidikan Kristen di Tanah Minahasa.
GMIM adalah bagian dari Gereja Protestan Indonesia
(GPI). Diproklamasikan sebagai gereja yang mandiri pada 30 September 1934, dan
selama delapan tahun pertama dipimpin oleh para pendeta Belanda, seperti: Pdt.
Dr. E. A. A. de Vreede. Kemudian, sejak tahun 1945 kepemimpin diemban oleh
pendeta pribumi dengan terpilihnya Ds. A. Z. R. Wenas sebagai pimpinan
gereja. Pada tahun 2005 GMIM mempunyai
sekitar 900 pendeta, 65% di antaranya adalah perempuan, yang melayani 818
gereja lokal, yang dibagi ke dalam 101 wilayah, dengan sekitar 1.050.000
anggota. GMIM adalah gereja anggota Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia
(sejak tanggal 25 Mei 1950),[1] Dewan Gereja-gereja Asia, Dewan Gereja-gereja
se-Dunia dan Aliansi Gereja-gereja Reformasi se-Dunia.[5] Selain itu, GMIM juga
merupakan bagian dari Gereja Protestan di Indonesia dan anggota dari Sinode Am
Gereja-gereja di Suluttenggo (SAG), yang terdiri atas Gereja-gereja di Sulawesi
Utara, Tengah, dan Gorontalo.
Kepimpinan GMIM
dijalankan oleh Badan Pekerja Sinode yang dipimpin oleh seorang ketua. Ketua
Sinode GMIM sejak berdirinya:
1.
Dr. E.A.A. de Vreede (1934–1935)
2.
Ds. C.D. Buenk (1935–1937)
3.
Ds. H.H. van Herwerden (1937–1941)
4.
Ds. J.P. Locher (1941–1942)
5.
Ds. A.Z.R. Wenas (1942–1952)
6.
Ds. M. Sondakh (1951–1954)
7.
Ds. A.Z.R. Wenas (1955–1968)
8.
Ds. R.M. Luntungan (1968–1979)
9.
Pdt. Prof. Dr. W.A. Roeroe (1979–1990)
10. Pdt. K.H. Rondo, M.Th
(1990–1995)
11. Pdt. Prof. Dr. W.A.
Roeroe (1995–2000)
12. Pdt. Dr. A.F.
Parengkuan (2000 – 2004)
13. Pdt. Dr. A.O. Supit
(2005–2009)
14. Pdt. P.M. Tampi, M.Si
(2010–2014)
15. Pdt. Dr. H.W.B.
Sumakul, (2015-2019)[2]
GMIM yang Kudus.
Gereja,
secara khusus GMIM dipahami sebagai persekutuan orang-orang kudus yang
telah dibenarkan dan ditebus oleh Yesus Kristus ( 1 Korintus
1:30). Hal ini menjadi pengakuan gereja sepanjang masa
sebagaimana termuat dalam pengakuan Iman Nicea Konstantinopel yang
mengungkapkan: “Aku percaya satu gereja yang Kudus dan, Am dan
Rasuli”. Apa artinya kata kudus itu? Kata kudus dalam Alkitab
berasal dari kata kata Qadosh ( Ibrani) yang berarti =
disendirikan, dipisahkan, dikhususkan. Dalam bahasa Yunani disebut hagios
yang berarti suatu pemisahan. Dengan demikian orang-orang yang kudus adalah
orang-orang yang dipisahkan , dikuduskan, dikhususkan di dalam Kristus dan yang
menikmati keselamatan daripada-Nya. Persekutuan orang-orang
kudus, berarti persekutuan orang-orang yang memiliki kekhususan, perbedaan
dengan orang lain, yakni orang-orang yang sungguh sungguh hidup sesuai dengan
kehendak Tuhan, namun yang tetap berada di tengah dunia dan terus memberitakan
tentang Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat kepada banyak orang.
Gereja adalah kudus oleh sebab Allah memandang
kepada kita di dalam Kristus, artinya sebagai manusia yang dosanya telah
ditebus oleh kematian serta kebangkitan Kristus. Gereja itu kudus sebab
ia dikuduskan oleh Allah yang telah memberikan Yesus Kristus
menjadi Kepala Gereja. Kita mengaku bahwa Gereja itu kudus
dalam memandang dan percaya kepada Yesus Kristus, yang telah menguduskan
milik-Nya.
GMIM yang Am
Kata Am
berarti umum, universal, berasal dari bahasa Latin: catholicam .
Hal ini mau mengatakan bahwa keberadaan gereja tidaklah dibatasi oleh ruang,
tempat dan waktu. Gereja itu adalah am, karena pekerjaan Yesus Kristus
yang merupakan Kepalanya dan bahwasannya Kristus adalah juruselamat untuk
dunia dan seluruh umat manusia. Gereja dihadirkan Tuhan di tengah-dunia
ini tanpa dibatasi dengan waktu, tempat, suku, ras, strata sosial, dsb .
Dengan demikian keanggotaan GMIM tidak hanya dibatasi pada orang
dari suku-suku tertentu , tetapi terbuka bagi siapa saja. Dengan mengingat
sifat gereja yang am itu, maka GMIM-pun menyadari bahwa perlu
diadakan hubungan kerjasama dengan gereja-gereja seazas dan
gereja-gereja lain baik yang ada di tingkat lokal, regional, nasional dan
Internasional, demi mewujudkan keesaan gereja.
GMIM yang Rasuli
Kata
rasuli berarti bersifat kerasulan. Kata Rasul dalam bahasa
Yunani disebut apostolos(utusan).
Kata apostolos, berasal dari kata kerja apostello, yang berarti : mengutus
dengan tujuan khusus. Dengan demikian dipahami bahwa Gereja diutus ke
dalam dunia untuk tugas khusus untuk memberitakan tentang keselamatan di dalam
Kristus. Gereja mengemban tugas-tugas kerasulan ( apostolat) yaitu
untuk mewartakan Injil kepada segala mahluk ( Markus 16: 15), sambil
terus memperjuangkan keadilan, kedamaian dan kesejahteraan
bagi banyak orang.
MISI
1.
Meningkatkan
spiritualitas beriman warga gereja dalam kehidupan sehari-hari
2.
Meningkatkan
keesaan dengan gereja-gereja di Indonesia dan di seluruh dunia
3.
Meningkatkan
pelayanan misi dan diakonia yang holistik bagi keadilan, perdamaian dan
kesejahteraan sosial yang menjamin keberlangsungan keutuhan ciptaan.
4.
Meningkatkan
kapasitas kelembagaan GMIM
TUJUAN
1.
Mencapai
tingkat spiritualitas beriman warga gereja yang mampu mewujudkan pola hidup
Yesus Kristus dalam semua bidang kehidupan.
2.
Mencapai
kualitas komunikasi dan kerjasama gereja-gereja yang saling mengakui dan
menerima untuk mewujudkan gereja yang esa di seluruh dunia.
3.
Memperluas
jangkauan pemberitaan Injil kepada segala makhluk (dalam bidang politik,
ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan hidup).
4.
Memperluas
upaya-upaya diakonal untuk mencapai keadilan, perdamaian, kesejahteraan dan
keutuhan ciptaan.
5.
Mencapai
GMIM yang mandiri dalam teologi sumber daya dan dana.
(
Sumberdaya : alam, manusia, manajerial dan dana).
ARTI LAMBANG GMIM
1.
Burung Manguni melambangkan ”Gereja di tanah Minahasa”.
2.
Warna coklat tua pada gambar burung Manguni melambangkan dewasa
dan mandiri, yang mencirikan kehidupan berjemaat dalam GMIM.
3.
Mawar yang ditempatkan di jantung burung manguni melambangkan Reformasi.
Simbol ini melambangkan Yesus Kristus sebagai Pokok Pembaharu Gereja dan telah
digunakan dalam Gereja Reformasi sejak abad ke-16.
4.
Bulatan berwarna biru di dada melambangkan bahwa sebagai Gereja,
GMIM diutus ke dalam dunia, sedangkan warna hitam pada salib di tengah hati
(jantung) berwarna merah melambangkan pengorbanan Kristus yang menjiwai
persekutuan, kesaksian dan pelayanan GMIM.
5.
Warna biru laut melambangkan bahwa GMIM akan tetap menghadapi
pergumulan kecil dan besar, sedangkan warna putih melambangkan kekudusan dan
kebenaran Injil Yesus Kristus.
6.
Bulan September dalam mana GMIM berdiri sendiri dilambangkan
pada sembilan helai sayap luar. Tanggal peresmian 30 tergambar pada lima
kelopak daun dan ujung meruncing yang melingkar jantung. Sedangkan tahun 1934
adalah jumlah keseluruhan helai sayap.
7.
Pada bagian ekor terdapat masing-masing sepuluh ranting yang
menggambarkan keadaan sepuluh wilayah pelayanan GMIM di saat berdiri sendiri,
yang terdiri dari sepuluh klasis dan tetap akan berkembang.
Klasis-klasis itu adalah: Manado, Maumbi, Tomohon, Tondano, Langowan, Sonder, Ratahan, Amurang, Motoling, Airmadidi dan Manado Kota.
Klasis-klasis itu adalah: Manado, Maumbi, Tomohon, Tondano, Langowan, Sonder, Ratahan, Amurang, Motoling, Airmadidi dan Manado Kota.
8.
Keenam ujung tombak yang mengarah ke bawah melambangkan keenam
distrik di Minahasa pada waktu GMIM berdiri sendiri, yakni distrik-distrik:
Tonsea, Manado, Toulour, Kawangkoan, Amurang, Ratahan dalam mana pelayanan GMIM dijalankan.
Tonsea, Manado, Toulour, Kawangkoan, Amurang, Ratahan dalam mana pelayanan GMIM dijalankan.
9.
Tulisan Gereja Masehi Injili di Minahasa, menyatakan bahwa GMIM
berada di tanah Minahasa, di Negara Kesatuan Republik Indonesia dan di seluruh
dunia. Warna hitam pada tulisan itu menyatakan solidaritas sampai akhir.[3]
C.
Paradigma
Misi menurut GMIM
Dalam Buku Tata Gereja 2016, GMIM mengaku bahwa
Tuhan Allah adalah Esa: Bapa Pencipta alam semesta yang menyatakan diri dalam
AnakNya Yesus Kristus sebagai Juruselamat, Kepala Gereja dan Tuhan dunia yang
dalam Roh Kudus menuntun, membaharui dan menggenapi segala sesuatu sesuai
dengan kesaksian Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Aggota GMIM
dipanggil untuk bersekutu, bersaksi, melayani dan membaharui. GMIM juga
terpanggil untuk mengelola segenap anugerah dan karunia Tuhan Allah dalam
segala bentuk. [4]
Dan dalam Gereja ataupun Jemaat tentunya
mempunyai misi sendiri yang terdiri dari:
1. Koinonia
(Bersekutu) : Merupakan tugas pertama
gereja sebagai tempat persekutuan umat Tuhan dengan sikap saling berbagi dan
mengasihi satu sama lain, diantaranya:
Ø Ibadah
Kolom, BIPRA, Fungsional Lansia
Ø Ibadah
Minggu Sengsara
Ø Ibadah
Minggu Advent
Ø Ibadah
Natal dan Tahun Baru
Ø Baptisan
Kudus
Ø Hut
GMIM, Hut Jemaat, Hut Pekabaran Injil
Ø Pentakosta
Ø Jumat
Agung
Ø Retreat
Ø Penelaah
Alkitab
2. Marturia
(Bersaksi) : Merupakan tugas gereja yang
selanjutnya untuk menjadi saksi bagi karya penyelamatan Allah terhadap manusia
yang berdosa supaya kabar baik dapat disampaikan kepada semua orang,
diantaranya:
Ø Pertukaran
Mimbar
Ø Perkunjungan
Pastoral
Ø Ibadah
Hari Ulang Tahun
3. Diakonia
(Melayani) : Merupakan tugas gereja
untuk melayani siapapun dan kapanpun yang ingin datang kepada Tuhan Allah.
Gereja harus memberikan teladan untuk melayani, karena Tuhan Yesus sebelumnya
sudah melayani kita terlebih dahulu, diantaranya:
Ø Pelayanan
Orang Sakit
Ø Pelayanan
untuk orang yang berduka
Ø Bantuan
bagi orang miskin
Ø Bantuan
bagi korban bencana alam
D.
Pandangan
Pribadi terhadap Program Jemaat
Jadi,
menurut saya Program misi dalam jemaat ini sangatlah bagus, karena ini
merupakan bagian dari Tri Tugas Gereja dan merupakan misi dari pelayanan gereja
itu sendiri. Dengan adanya program ini, para jemaat bisa berpegang teguh dalam
kepercayaan iman serta pengharapan. Seperti yang telah dijelaskan diatas,
Koinonia merupakan tempat persekutuan umat Tuhan. Gereja sebagai Koinonia
adalah Tubuh Kristus, di dalam tubuh Kristus semua orang menjadi satu, dan satu
di dalam semua oleh Kristus ( 1 Kor 12:26). Dalam persekutuan Koinonia ini,
ibadah berperan untuk merefleksikan kekudusan persekutuan atau ibadah menjadi
tempat untuk menyampaikan rasa ucapan syukur dan terima kasih kepada Tuhan
Allah atas segala berkat yang telah diberikan. Dengan pemahaman Firman Tuhan
dan Penghayatan iman yang benar setiap orang sadar akan dirinya sebagai bagian
integral gereja yang memiliki panggilan untuk mendukung misi gereja. Marturia,
kita dipanggil oleh Tuhan Yesus secara pribadi maupun persekutuan karena untuk
melaksanakan misi Tuhan dibumi untuk bersaksi. Kita percaya bahwa Tuhan Allah
datang kedunia ini untuk menyelamatkan kita dan dunia, itulah sebabnya tugas
gereja ini harus dilakukan secara Pribadi maupun Kelompok. Diakonia, pelayanan
Diakonia ini sering dipahami hanya sebatas konsep saja atau hanya membantu para
janda, yatim piatu, dll. Gereja dalam pelayanan diakonia harus ada upaya
pemahaman akar penyebab keprihatinan sosial.
[1]
Badan Pekerja Majelis Sinode, Tata Gereja 2016, (Tomohon: Badan Pekerja Majelis
Sinode, 20116), hal 3
[2] https://id.wikipedia.org/wiki/Gereja_Masehi_Injili_di_Minahasa
Diakses pada tanggal 11 Desember 2017 Jam 19:40
[4]
Badan Pekerja Majelis Sinode, Tata Gereja 2016, (Tomohon: Badan Pekerja Majelis
Sinode, 20116), hal 3-5