BAB
1
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Sebelum
adanya pengangkatan para raja, nasib umat dipercayakan Allah kepada para
Hakim. Masa dimana adanya peralihan
pemikiran “bila setiap orang berbuat apa yang banar menurut pandangan sendiri”.
Bukan itu saja, pada masa ini orang-orang dari bangsa Israel ingin agar
ditentukan seorang pemimpin yang mampu mempertahankan keamanan dan mengatur
masyarakat ke dalam dengan dukungan. Bangsa Israel sendiri yang mengemukakan
keinginan mereka tersebut (1 Sam 8:5). Disamping itu bangsa ini sebenarnya
ingin agar sama dengan bangsa lain yang mengangkat raja bagi bangsa mereka (Harus
ada raja atas kami, maka kami pun akan sama dengan semua bangsa yang lain, raja
kami akan menghakimi/ memerintah kami dan memimpin kami dalam perang “1 Sam.
8:20; 1 Sam.12:12-17”).
Hal
ini di dasari perkembangan ketika Allah yang hendak membangun kerajaan-Nya di
dunia. Suatu ruang dimana manusia mengakui pemerintahan-Nya dan hidup dalam
hubungan yang bertanggung jawab. Sehingga dalam hal ini seorang manusia
memerintah sebagai raja dengan mengakui Allah sebagai raja-Nya. Berbeda dengan
raja-raja di Negara-negara tetangga Israel yang berbeda, dimana diakui yang
turun ke langit mewakili para dewa. Hal ini tentu berbeda, namun perlu
diketahui pada zaman itu di seluruh Timur Tengah Kuno, semua raja diberi gelar
“anak allah”, dari sinilah berdiri Negara-negara yang pemeritahan dengan kuasa
mutlak dan tidak bisa dipersalahkan dan dimulailah masa yang baru dimana
pemerintahan oleh wakil rakyat.
1.2
Rumusan Masalah
Dari
latar belakang tersebut kami merumuskan masalah sebagai berikut untuk dibahas;
1.
Apa teologi
dari peristiwa pengangkatan raja-raja ?
1.3
Tujuan
penulisan
Ditulisnya
makalah ini tentu disertai dengan tujuan yaitu supaya pembaca khususnya dalam
kalangan mahasiswa dapat mengetahui apa sebenarnya yang bisa dipelajari dari
pengangkatan raja-raja Israel.
BAB
2
PEMBAHASAN
2.1
Sejarah Raja-Raja Israel
·
Saul (1 Raja-raja)
Saul
adalah raja pertama Israel. Ia memerintah selama 40 tahun.[1] Setelah kematian Saul, Isyboset, anak Saul,
diumumkan oleh Abner, panglima pasukan Saul, sebagai penggantinya (2 Samuel 2:8).
Isyboset berusia 40 tahun saat itu dan memerintah Israel selama dua tahun (2 Samuel 2:10).
Namun sebuah kelompok lain menyatakan Daud sebagai raja Israel. Hal ini menyebabkan pecahnya perang
antara kedua kelompok ini. Kelompok Daud akhirnya menang (2 Samuel 3:1),
namun perang baru berakhir setelah Abner bergabung dengan Daud (2 Samuel 3:6).[2]
·
Daud (1 Taw 18) 1050-1010 sm
Daud
adalah raja kedua Israel. Daud diurapi oleh nabi Samuel menjadi raja Israel
menggantikan Saul.[3]
Pencapaian militer Daud adalah sebagai berikut menghancurkan kota Gat milik
bangsa Filistin - kata menghancurkan ini kurang tepat karena bukti sejarah
arkeologi menunjukkan bahwa Gat (Tell es-safi) kemungkinan dihancurkan oleh
Hazael raja Aram dimasa pemerintahan Yoahas bin Yehu sekitar tahun 814-798 sm.
Daud Mengalahkan bangsa Moab, Ammon, Amalek, Edom, serta raja Hadadezer dari
Aram - Zoba dekat Hamath di sungai Efrat, juga menundukkan Aram - Damaskus dan
menarik upeti dari mereka, atau dengan kata lain negeri tersebut menjadi negri
vassal Israel. Raja Tou (Raja Tou ini belum terkonfirmasi secara arkeologis)
dari Hamath juga membayar upeti kepada Daud karena mengalahkan musuhnya raja
Hadadezer.
·
Salomo bin Daud (2 Taw 1) 1010 - 970 sm
Salomo
adalah raja Israel ketiga setelah Saul dan Daud. Salomo diurapi menjadi raja
menggantikan ayahnya, Daud, menjelang kematian Daud. Salomo membangun Rumah
Allah di Yerusalem (1 Raj. 4:21-38). Ia menguasai wilayah dari Sungai Eufrat di
utara (Phoenician, Aram, Hammath) hingga perbatasan Mesir di selatan (Wilayah
Edom), dari Filistin di Barat, hingga Amon, Moab di Timur, mereka semua takluk
dan membayar upeti ke Solomon.
·
Yerobeam bin Nebat (1 Raja 12) (931-910
sm)
Memerintah
selama 22 thn dan berasal dari suku Efraim. Memperkuat Sikhem di wilayah Efraim
yang berbatasan dengan Yerusalem, Sikhem adalah ibu kota Israel pasca Salomon. Ia
lalu memperkuat dan memindahkan ibu kota Israel ke Pnuel di lembah Yordan. Ia
membuat altar persembahan untuk patung lembu dari emas di Betel dan Dan,
sebagai saingan untuk bait Allah di Yerusalem.
·
Nadab bin Yerobeam (1 Raja 15) (910-909
sm)
Memerintah
selama 2 thn. Ia di khianati dan dibunuh oleh perwira militernya sendiri yaitu
Baesa bin Ahia, ketika sedang mengepung kota bangsa Filistin yang bernama
Gibeton. Baesa membunuh seluruh keturunan Nadab dan Yerobeam.
·
Baesa bin Ahia (1 Raja 15) (909-886 sm)
Memerintah
selama 24 thn, berasal dari suku Isakhar. Ibu kota Israel berada di Tirza
·
Ela bin Baesa (1 Raja 16) (886-885 sm)
Memerintah
selama 2 thn. Ia di kudeta oleh panglimanya yang bernama Zimri. Seluruh
keturunan Ela dan Baesa ditumpas oleh Zimri.
·
Zimri (1 Raja 16) (885 sm)
Memerintah
selama 7 hari. Ketika ia mengkudeta raja di Tirza. Panglima Israel lainnya yang
sedang mengepung kota Gibeton di wilayah Filistin diangkat menjadi raja oleh
rakyat dan separuh tentara Israel. Seketika itu mereka berbalik menuju Tirza
dan mengepung ibu kota, Zimri yang berada di dalam istana ketakutan ia pun
membakar istana dan mati di dalam kobaran api.
·
Omri (1 Raja 16) (885-874 sm)
Memerintah
selama 12 thn. Ia memerintah di Tirzah selama 6 Tahun, kemudian ia membeli
gunung Samaria dari Semer sebanyak 2 Talenta (66 Kg) Perak. Di gunung Samaria
ia membangun ibu Kotanya, dan ibu kota ini bertahan selama Israel berdiri.
·
Ahab bin Omri (1 Raja 16) (874-853 sm)
Ahab
memerintah selama 22 thn. Pada zaman Ahab, kota Jericho dibangun kembali oleh
Abiram dari Bethel, dengan mengorbankan 2 anaknya (sulung dan bungsu) sebagai
dasar kota, dan pintu gerbang.
·
Ahaz bin Ahab (1 Raja 22) (853-852 sm)
Ahaz
memerintah selama 2 thn. Ahaz mati karena sakit dan ia tidak mempunyai
keturunan lelaki, raja Israel berikut diteruskan oleh Saudaranya yang bernama
Yoram.
·
Yoram bin Ahab (2 Raja 3) (852-841 sm)
Ada
masalah kronologi dalam informasi kapan Yoram menjadi raja atas Israel. 2 Raja
1:17 dikatakan "Yoram bin Ahab menjadi raja menggantikan Ahaz bin Ahab
pada tahun kedua Zaman Yoram bin Yosafat". 2 Raja 3:1 dikatakan
"Yoram bin Ahab menjadi raja di Samaria atas Israel dalam tahun kedelapan
belas zaman Yosafat raja Yehuda" Dalam hal ini kita konteks sejarah lebih
cocok pada ayat 2 Raja 3:1. Yoram memerintah selama 12 thn.
·
Yehu cucu Nimsi (2 Raja 10) (841-814 sm)
Memerintah
selama 28 thn, selama hidupnya ia memberantas penyembahan Baal di Israel dan
membunuh seluruh keluarga Omri/Ahab.
·
Yoahas bin Yehu (2 Raja 10:35; 13:1-9)
(814-798 sm)
Memerintah
selama 17 thn. Yoahas bukanlah tandingan raja Hazael dari Aram. di zamannya
Aram semakin berkuasa atas Israel, ia bahkan dapat melintas secara bebas di
wilayah Israel menuju kearah selatan dan merebut kota Gat milik bangsa Filistin
serta mengepung Yerusalem dan memaksa Yoas bin Ahazia raja Yehuda membayar
upeti dengan sangat besar hingga menguras kas bait Allah.
·
Yoas bin Yoahas (2 Raja 13:10) (798-782
sm)
Memerintah
selama 16 thn. Berperang melawan Amazia raja Yehuda. Yerobeam II bin Yoas (2
Raja 14) (782-753 sm) Memerintah selama 41 thn. Ia merebut wilayah Hamat dan
teluk Arabah, wilayah Aram termasuk diantaranya Damaskus. Nabi Yunus bin Amitai
dari Gat-Heger hidup pada era Yerobeam II.
·
Zakharia bin Yerobeam II (2 Raja 15:8)
(753-752 sm)
Memerintah
selama 6 bln. Ia dibunuh oleh komandan militernya sendiri yang bernama Salum
bin Yabesh dihadapan rakyat Israel, dan berakhirlah garis keturunan Yehu dari
tahta kerajaan Israel (Yehu-Yoahas-Yerobeam II-Zakharia).
·
Salum bin Yabesh (2 Raja 15:13-16) (752
sm)
Memerintah
selama 1 bln. Setelah membunuh raja ia lalu mengklaim sebagai raja Israel,
namun kemudian dibunuh oleh sesama komandan militer raja Zakharia, yang bernama
Menahem bin Gadi.
·
Menahem bin Gadi (2 Raja 15:17-22)
(752-742 sm)
Memerintah
selama 10 thn. Setelah mendengar kematian raja Zakharia yang dibunuh oleh teman
sejawatnya. Ia menolak mengakui keabsahan si pemberontak, dari wilayah Tirza ia
lalu memimpin pasukannya mengepung Samaria.
·
Pekahya bin Menahem (2 Raja 15:23)
(742-740 sm)
Memerintah
selama 2 thn. Ia digulingkan oleh salah satu bawahannya yang bernama Pekah bin
Remalya yang didukung oleh 50 orang dari suku Gilead di Istana raja.
·
Pekah bin Remalya (2 Raja 15:27)
(740-732 sm)
Memerintah
selama 20 thn. Bersama-sama dengan Rezin raja Aram, Pekah menyerang Yehuda pada
zaman Yotham bin Uzia dan Ahaz bin Yotham.
·
Hosea bin Ela (2 Raja 17) (732-712 sm)
Memerintah
selama 9 thn. Kali ini Assyria dibawah pemerintahan raja Salmaneser kembali
menginvasi Levant, Hosea takluk dan membayar upeti. Ketika beberapa waktu
berlalu Hosea berhenti memberi upeti kepada Assyria dan bekerja sama dengan
Mesir, maka majulah raja Assyria menyerbu Israel, ia lalu membuang sebagian
besar penduduk Israel ke tanah Assyria, mereka mendiami kota Halah, dan di
negeri Mede/Madai/Persia. Raja Assyria lalu memindahkan orang dari berbagai
negeri lain ke wilayah Israel (Samaria) seperti dari Kutha, Awa, Hamat,
Sefarwaim.[4]
2.2 Tuhan Mengangkat Raja-Raja
Pengangkatan
Raja-raja adalah hak prakarsa Tuhan. di Israel, Tuhan berprakarsa memilih orang
yang diangkat menjadi pemimpin dan raja. Ketika masyarakat Israel mengangkat
raja, atau dalam ungkapan ‘seluruh bangsa menjadikan seorang raja” atau juga
“mengurapi raja”, maka tindakan tersebut selalu disusul dengan pengangkatan
oleh Tuhan. Jadi intinya yang pertama yaitu, Allah sendirilah yang mengambil
prakarsa untuk memilih orang yang akan memimpin Israel. Kedua, Roh Tuhan
mengubah hidup orang pilihan itu secara mutlak. Ketiga, bilamana Israel
terancam punah, Tuhan memberikan Roh-Nya kepada seseorang agar ia
“menyelamatkan” umat-Nya.[5]
2.3 Raja Diterima, Diurapi dan Naik
Takhtah
Raja
yang ditunjuk Allah secara tersembunyi harus diperkenalkan kepada pemimpin
masyarakat dan rakyat, dang diangkat sebagai pemerintah yang sah melalui acara
yang lazim dalam lingkungan budaya negerinya.
2.4 Pengurapan Raja
Sepanjang
sejarah kerajaan, raja yang dilantik itu diurapi. Pengolesan dengan minyak
hanya dipakai untuk menyembuhkan dan menguakan. Dalam budaya kuno minyak
dianggap sebagai zat yang memberikan kekuatan dan wibawa.
Pengurapan seorang raja di Israel
biasanya berlangsung dengan persetujuan para wakil rakyat sebagai syarat dan
dasar hukumnya. Hak pengurapan raja-raja oleh masyarakat tidak meniadakan hak
prakarsa Tuhan untuk mengurapi siapa yang dikehendaki-Nya. Berita-berita
tentang pengurapan ilahi berasal dari cerita-cerita yang bercorak kenabian dan
tampaknya selalu dikaitkan dengan tokoh-tokoh raja yang luar biasa, seperti
Saul, Daud dan Yehu. Raja Koresy pun diibaratkan sebagai “orang yang diurapi
Tuhan” (Yes.45:1).[6]
2.5 Tugas dan Tanggung Jawab Raja
(dan Pemerintah)
Tugas seorang raja di Israel mirip
dengan tugas raja-raja lain di Timur Tengah kuno. Di antara mereka terdapat
pemimpin dengan kesadaran dan budi yang luhur. Sama seperti Tuhan mengangkat
para hakim untuk membebaskan bangsa-Nya dari penindasan para musuh, demikian
pula Ia mengangkat raja-raja untuk membebaskan bangsa dari ancaman yang
membahayakan kelangsungan hidupnya. Raja diberikan tugas mempertahankan kemanan
terhadap serangan dari luar negerinya. Demi tujuan itu ia memimpin angkatan
perang. Raja juga harus membebaskan atau membela negerinya terhadap serangan
bangsa-bangsa dan menjamin kemerdekaan. Ia pun harus membangun suatu tatanan
masyarakat di mana rakyat kecil dan orang lemah tidak ditindas oleh para
pembesar, tetapi menikmati keadilan. Raja diharapkan juga menunjang
kesejahteraan dengan menentukan syarat-syarat di mana ekonomi dan budaya dapat
berkembang.[7]
BAB
3
PENUTUP
Kesimpulan
Pengangkatan
raja-raja oleh Allah harus kita pahami sebagai otoritas Allah. Jika kita lihat
memang banyak raja-raja yang tidak taat terhadap Allah yang adalah Raja di atas
segala raja, namun itu tidak dapat kita simpulkan sebagai sebuah kegagalan,
apakah kita akan mengatakan Allah gagal dalam otoritasnya?. Alkitab dalam
tulisan mengenai hal tersebut bukan mau membangkitkan opini kita untuk ke arah
itu tapi sebenarnya mau menyampaikan bahwa harus ada evaluasi, para nabi-nabi
dalam hal ini mengkritik penyalahgunaan kekuasaan. Sehingga tulisan-tulisan ini
sebenarnya untuk meninjau tugas raja.
Memang banya kisah
dari pengangkatan raja-raja ini yang kita pertanyakan, namun dibalik semua itu
ada hal penting yang hendak ditegaskan bahwa “Keadilan dan kebebasan Allah
tidak dapat diatur”. Bahkan asas presdestinasi tidak dapat menentukan hubungan
Allah dengan manusia karena Ia adalah Allah yang berkuasa. Sekali lagi
Pemilihan Allah tidak ada yang mampu memahami, seperti yang di ungkapkan Paulus
dalam Roma 9-11 (Rm. 9:4) yang menjelaskan bahwa inilah pemilihan Allah
sekalipun melampaui pengertian manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Dr.
C Barth., Teologi Perjanjian Lama 2,
(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1993)
Sumber Internet
[1] https://rubrikkristen.com/10-raja-israel-terbesar-di-alkitab/
(diakses pada Senin, 23 April 2018. Pukul 23.58 WITA)
[2] https://id.wikipedia.org/wiki/Saul
(diakses pada Selasa, 24 April 2018. Pukul 00.16 WITA)
[3] https://rubrikkristen.com/10-raja-israel-terbesar-di-alkitab/
diakses pukul 00.30 WITA)
[4] http://sejarahisraelpurba.blogspot.co.id/2015/11/sejarah-raja-raja-israel.html
(diakses pada Senin, 23 April 2018. Pukul 23.57 WITA.)
[5] Dr. C
Barth., Teologi Perjanjian Lama 2,
(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1993), 63-66
[6] Dr. C
Barth., 70-74
[7] Dr. C
Barth., 75-81