Thursday, 10 May 2018

Allah Mengangkat Raja-Raja Israel


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG
Sebelum adanya pengangkatan para raja, nasib umat dipercayakan Allah kepada para Hakim.  Masa dimana adanya peralihan pemikiran “bila setiap orang berbuat apa yang banar menurut pandangan sendiri”. Bukan itu saja, pada masa ini orang-orang dari bangsa Israel ingin agar ditentukan seorang pemimpin yang mampu mempertahankan keamanan dan mengatur masyarakat ke dalam dengan dukungan. Bangsa Israel sendiri yang mengemukakan keinginan mereka tersebut (1 Sam 8:5). Disamping itu bangsa ini sebenarnya ingin agar sama dengan bangsa lain yang mengangkat raja bagi bangsa mereka (Harus ada raja atas kami, maka kami pun akan sama dengan semua bangsa yang lain, raja kami akan menghakimi/ memerintah kami dan memimpin kami dalam perang “1 Sam. 8:20; 1 Sam.12:12-17”).
Hal ini di dasari perkembangan ketika Allah yang hendak membangun kerajaan-Nya di dunia. Suatu ruang dimana manusia mengakui pemerintahan-Nya dan hidup dalam hubungan yang bertanggung jawab. Sehingga dalam hal ini seorang manusia memerintah sebagai raja dengan mengakui Allah sebagai raja-Nya. Berbeda dengan raja-raja di Negara-negara tetangga Israel yang berbeda, dimana diakui yang turun ke langit mewakili para dewa. Hal ini tentu berbeda, namun perlu diketahui pada zaman itu di seluruh Timur Tengah Kuno, semua raja diberi gelar “anak allah”, dari sinilah berdiri Negara-negara yang pemeritahan dengan kuasa mutlak dan tidak bisa dipersalahkan dan dimulailah masa yang baru dimana pemerintahan oleh wakil rakyat.

1.2  Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut kami merumuskan masalah sebagai berikut untuk dibahas;
1.      Apa teologi dari peristiwa pengangkatan raja-raja ?

1.3  Tujuan penulisan
Ditulisnya makalah ini tentu disertai dengan tujuan yaitu supaya pembaca khususnya dalam kalangan mahasiswa dapat mengetahui apa sebenarnya yang bisa dipelajari dari pengangkatan raja-raja Israel.


BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Raja-Raja Israel
·         Saul (1 Raja-raja)
Saul adalah raja pertama Israel. Ia memerintah selama 40 tahun.[1] Setelah kematian Saul, Isyboset, anak Saul, diumumkan oleh Abner, panglima pasukan Saul, sebagai penggantinya (2 Samuel 2:8). Isyboset berusia 40 tahun saat itu dan memerintah Israel selama dua tahun (2 Samuel 2:10). Namun sebuah kelompok lain menyatakan Daud sebagai raja Israel. Hal ini menyebabkan pecahnya perang antara kedua kelompok ini. Kelompok Daud akhirnya menang (2 Samuel 3:1), namun perang baru berakhir setelah Abner bergabung dengan Daud (2 Samuel 3:6).[2]
·         Daud (1 Taw 18) 1050-1010 sm 
Daud adalah raja kedua Israel. Daud diurapi oleh nabi Samuel menjadi raja Israel menggantikan Saul.[3] Pencapaian militer Daud adalah sebagai berikut menghancurkan kota Gat milik bangsa Filistin - kata menghancurkan ini kurang tepat karena bukti sejarah arkeologi menunjukkan bahwa Gat (Tell es-safi) kemungkinan dihancurkan oleh Hazael raja Aram dimasa pemerintahan Yoahas bin Yehu sekitar tahun 814-798 sm. Daud Mengalahkan bangsa Moab, Ammon, Amalek, Edom, serta raja Hadadezer dari Aram - Zoba dekat Hamath di sungai Efrat, juga menundukkan Aram - Damaskus dan menarik upeti dari mereka, atau dengan kata lain negeri tersebut menjadi negri vassal Israel. Raja Tou (Raja Tou ini belum terkonfirmasi secara arkeologis) dari Hamath juga membayar upeti kepada Daud karena mengalahkan musuhnya raja Hadadezer. 
·         Salomo bin Daud (2 Taw 1) 1010 - 970 sm
Salomo adalah raja Israel ketiga setelah Saul dan Daud. Salomo diurapi menjadi raja menggantikan ayahnya, Daud, menjelang kematian Daud. Salomo membangun Rumah Allah di Yerusalem (1 Raj. 4:21-38). Ia menguasai wilayah dari Sungai Eufrat di utara (Phoenician, Aram, Hammath) hingga perbatasan Mesir di selatan (Wilayah Edom), dari Filistin di Barat, hingga Amon, Moab di Timur, mereka semua takluk dan membayar upeti ke Solomon.
·         Yerobeam bin Nebat (1 Raja 12) (931-910 sm)
Memerintah selama 22 thn dan berasal dari suku Efraim. Memperkuat Sikhem di wilayah Efraim yang berbatasan dengan Yerusalem, Sikhem adalah ibu kota Israel pasca Salomon. Ia lalu memperkuat dan memindahkan ibu kota Israel ke Pnuel di lembah Yordan. Ia membuat altar persembahan untuk patung lembu dari emas di Betel dan Dan, sebagai saingan untuk bait Allah di Yerusalem.
·         Nadab bin Yerobeam (1 Raja 15) (910-909 sm)
Memerintah selama 2 thn. Ia di khianati dan dibunuh oleh perwira militernya sendiri yaitu Baesa bin Ahia, ketika sedang mengepung kota bangsa Filistin yang bernama Gibeton. Baesa membunuh seluruh keturunan Nadab dan Yerobeam.
·         Baesa bin Ahia (1 Raja 15) (909-886 sm)
Memerintah selama 24 thn, berasal dari suku Isakhar. Ibu kota Israel berada di Tirza
·         Ela bin Baesa (1 Raja 16) (886-885 sm)
Memerintah selama 2 thn. Ia di kudeta oleh panglimanya yang bernama Zimri. Seluruh keturunan Ela dan Baesa ditumpas oleh Zimri.
·         Zimri (1 Raja 16) (885 sm)
Memerintah selama 7 hari. Ketika ia mengkudeta raja di Tirza. Panglima Israel lainnya yang sedang mengepung kota Gibeton di wilayah Filistin diangkat menjadi raja oleh rakyat dan separuh tentara Israel. Seketika itu mereka berbalik menuju Tirza dan mengepung ibu kota, Zimri yang berada di dalam istana ketakutan ia pun membakar istana dan mati di dalam kobaran api.
·         Omri (1 Raja 16) (885-874 sm)
Memerintah selama 12 thn. Ia memerintah di Tirzah selama 6 Tahun, kemudian ia membeli gunung Samaria dari Semer sebanyak 2 Talenta (66 Kg) Perak. Di gunung Samaria ia membangun ibu Kotanya, dan ibu kota ini bertahan selama Israel berdiri.
·         Ahab bin Omri (1 Raja 16) (874-853 sm)
Ahab memerintah selama 22 thn. Pada zaman Ahab, kota Jericho dibangun kembali oleh Abiram dari Bethel, dengan mengorbankan 2 anaknya (sulung dan bungsu) sebagai dasar kota, dan pintu gerbang.
·         Ahaz bin Ahab (1 Raja 22) (853-852 sm)
Ahaz memerintah selama 2 thn. Ahaz mati karena sakit dan ia tidak mempunyai keturunan lelaki, raja Israel berikut diteruskan oleh Saudaranya yang bernama Yoram.
·         Yoram bin Ahab (2 Raja 3) (852-841 sm)
Ada masalah kronologi dalam informasi kapan Yoram menjadi raja atas Israel. 2 Raja 1:17 dikatakan "Yoram bin Ahab menjadi raja menggantikan Ahaz bin Ahab pada tahun kedua Zaman Yoram bin Yosafat". 2 Raja 3:1 dikatakan "Yoram bin Ahab menjadi raja di Samaria atas Israel dalam tahun kedelapan belas zaman Yosafat raja Yehuda" Dalam hal ini kita konteks sejarah lebih cocok pada ayat 2 Raja 3:1. Yoram memerintah selama 12 thn.
·         Yehu cucu Nimsi (2 Raja 10) (841-814 sm)
Memerintah selama 28 thn, selama hidupnya ia memberantas penyembahan Baal di Israel dan membunuh seluruh keluarga Omri/Ahab.
·         Yoahas bin Yehu (2 Raja 10:35; 13:1-9) (814-798 sm)
Memerintah selama 17 thn. Yoahas bukanlah tandingan raja Hazael dari Aram. di zamannya Aram semakin berkuasa atas Israel, ia bahkan dapat melintas secara bebas di wilayah Israel menuju kearah selatan dan merebut kota Gat milik bangsa Filistin serta mengepung Yerusalem dan memaksa Yoas bin Ahazia raja Yehuda membayar upeti dengan sangat besar hingga menguras kas bait Allah.
·         Yoas bin Yoahas (2 Raja 13:10) (798-782 sm)
Memerintah selama 16 thn. Berperang melawan Amazia raja Yehuda. Yerobeam II bin Yoas (2 Raja 14) (782-753 sm) Memerintah selama 41 thn. Ia merebut wilayah Hamat dan teluk Arabah, wilayah Aram termasuk diantaranya Damaskus. Nabi Yunus bin Amitai dari Gat-Heger hidup pada era Yerobeam II.
·         Zakharia bin Yerobeam II (2 Raja 15:8) (753-752 sm)
Memerintah selama 6 bln. Ia dibunuh oleh komandan militernya sendiri yang bernama Salum bin Yabesh dihadapan rakyat Israel, dan berakhirlah garis keturunan Yehu dari tahta kerajaan Israel (Yehu-Yoahas-Yerobeam II-Zakharia).
·         Salum bin Yabesh (2 Raja 15:13-16) (752 sm)
Memerintah selama 1 bln. Setelah membunuh raja ia lalu mengklaim sebagai raja Israel, namun kemudian dibunuh oleh sesama komandan militer raja Zakharia, yang bernama Menahem bin Gadi.
·         Menahem bin Gadi (2 Raja 15:17-22) (752-742 sm)
Memerintah selama 10 thn. Setelah mendengar kematian raja Zakharia yang dibunuh oleh teman sejawatnya. Ia menolak mengakui keabsahan si pemberontak, dari wilayah Tirza ia lalu memimpin pasukannya mengepung Samaria.


·         Pekahya bin Menahem (2 Raja 15:23) (742-740 sm)
Memerintah selama 2 thn. Ia digulingkan oleh salah satu bawahannya yang bernama Pekah bin Remalya yang didukung oleh 50 orang dari suku Gilead di Istana raja.
·         Pekah bin Remalya (2 Raja 15:27) (740-732 sm)
Memerintah selama 20 thn. Bersama-sama dengan Rezin raja Aram, Pekah menyerang Yehuda pada zaman Yotham bin Uzia dan Ahaz bin Yotham.
·         Hosea bin Ela (2 Raja 17) (732-712 sm)
Memerintah selama 9 thn. Kali ini Assyria dibawah pemerintahan raja Salmaneser kembali menginvasi Levant, Hosea takluk dan membayar upeti. Ketika beberapa waktu berlalu Hosea berhenti memberi upeti kepada Assyria dan bekerja sama dengan Mesir, maka majulah raja Assyria menyerbu Israel, ia lalu membuang sebagian besar penduduk Israel ke tanah Assyria, mereka mendiami kota Halah, dan di negeri Mede/Madai/Persia. Raja Assyria lalu memindahkan orang dari berbagai negeri lain ke wilayah Israel (Samaria) seperti dari Kutha, Awa, Hamat, Sefarwaim.[4]

2.2 Tuhan Mengangkat Raja-Raja
            Pengangkatan Raja-raja adalah hak prakarsa Tuhan. di Israel, Tuhan berprakarsa memilih orang yang diangkat menjadi pemimpin dan raja. Ketika masyarakat Israel mengangkat raja, atau dalam ungkapan ‘seluruh bangsa menjadikan seorang raja” atau juga “mengurapi raja”, maka tindakan tersebut selalu disusul dengan pengangkatan oleh Tuhan. Jadi intinya yang pertama yaitu, Allah sendirilah yang mengambil prakarsa untuk memilih orang yang akan memimpin Israel. Kedua, Roh Tuhan mengubah hidup orang pilihan itu secara mutlak. Ketiga, bilamana Israel terancam punah, Tuhan memberikan Roh-Nya kepada seseorang agar ia “menyelamatkan” umat-Nya.[5]

2.3 Raja Diterima, Diurapi dan Naik Takhtah
            Raja yang ditunjuk Allah secara tersembunyi harus diperkenalkan kepada pemimpin masyarakat dan rakyat, dang diangkat sebagai pemerintah yang sah melalui acara yang lazim dalam lingkungan budaya negerinya.



2.4 Pengurapan Raja
            Sepanjang sejarah kerajaan, raja yang dilantik itu diurapi. Pengolesan dengan minyak hanya dipakai untuk menyembuhkan dan menguakan. Dalam budaya kuno minyak dianggap sebagai zat yang memberikan kekuatan dan wibawa.
            Pengurapan seorang raja di Israel biasanya berlangsung dengan persetujuan para wakil rakyat sebagai syarat dan dasar hukumnya. Hak pengurapan raja-raja oleh masyarakat tidak meniadakan hak prakarsa Tuhan untuk mengurapi siapa yang dikehendaki-Nya. Berita-berita tentang pengurapan ilahi berasal dari cerita-cerita yang bercorak kenabian dan tampaknya selalu dikaitkan dengan tokoh-tokoh raja yang luar biasa, seperti Saul, Daud dan Yehu. Raja Koresy pun diibaratkan sebagai “orang yang diurapi Tuhan” (Yes.45:1).[6]

2.5 Tugas dan Tanggung Jawab Raja (dan Pemerintah)
            Tugas seorang raja di Israel mirip dengan tugas raja-raja lain di Timur Tengah kuno. Di antara mereka terdapat pemimpin dengan kesadaran dan budi yang luhur. Sama seperti Tuhan mengangkat para hakim untuk membebaskan bangsa-Nya dari penindasan para musuh, demikian pula Ia mengangkat raja-raja untuk membebaskan bangsa dari ancaman yang membahayakan kelangsungan hidupnya. Raja diberikan tugas mempertahankan kemanan terhadap serangan dari luar negerinya. Demi tujuan itu ia memimpin angkatan perang. Raja juga harus membebaskan atau membela negerinya terhadap serangan bangsa-bangsa dan menjamin kemerdekaan. Ia pun harus membangun suatu tatanan masyarakat di mana rakyat kecil dan orang lemah tidak ditindas oleh para pembesar, tetapi menikmati keadilan. Raja diharapkan juga menunjang kesejahteraan dengan menentukan syarat-syarat di mana ekonomi dan budaya dapat berkembang.[7]






BAB 3
PENUTUP
Kesimpulan
            Pengangkatan raja-raja oleh Allah harus kita pahami sebagai otoritas Allah. Jika kita lihat memang banyak raja-raja yang tidak taat terhadap Allah yang adalah Raja di atas segala raja, namun itu tidak dapat kita simpulkan sebagai sebuah kegagalan, apakah kita akan mengatakan Allah gagal dalam otoritasnya?. Alkitab dalam tulisan mengenai hal tersebut bukan mau membangkitkan opini kita untuk ke arah itu tapi sebenarnya mau menyampaikan bahwa harus ada evaluasi, para nabi-nabi dalam hal ini mengkritik penyalahgunaan kekuasaan. Sehingga tulisan-tulisan ini sebenarnya untuk meninjau tugas raja.
            Memang banya kisah dari pengangkatan raja-raja ini yang kita pertanyakan, namun dibalik semua itu ada hal penting yang hendak ditegaskan bahwa “Keadilan dan kebebasan Allah tidak dapat diatur”. Bahkan asas presdestinasi tidak dapat menentukan hubungan Allah dengan manusia karena Ia adalah Allah yang berkuasa. Sekali lagi Pemilihan Allah tidak ada yang mampu memahami, seperti yang di ungkapkan Paulus dalam Roma 9-11 (Rm. 9:4) yang menjelaskan bahwa inilah pemilihan Allah sekalipun melampaui pengertian manusia.











DAFTAR PUSTAKA
Dr. C Barth., Teologi Perjanjian Lama 2, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1993)
Sumber Internet





[1] https://rubrikkristen.com/10-raja-israel-terbesar-di-alkitab/ (diakses pada Senin, 23 April 2018. Pukul 23.58 WITA)
[2] https://id.wikipedia.org/wiki/Saul (diakses pada Selasa, 24 April 2018. Pukul 00.16 WITA)
[4] http://sejarahisraelpurba.blogspot.co.id/2015/11/sejarah-raja-raja-israel.html (diakses pada Senin, 23 April 2018. Pukul 23.57 WITA.)
[5] Dr. C Barth., Teologi Perjanjian Lama 2, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1993), 63-66
[6] Dr. C Barth., 70-74
[7] Dr. C Barth., 75-81