Misi Dalam Markus, Paulus,
dan Yohanes
Misi Markus
Matius, Markus dan Lukas, sama-sama menceritakan
tentang Yesus memanggil murid-murid. Namun Markus dan Matius menempatkan
pemanggilan itu dalam situasi yang berbeda dengan Lukas.
Injil markus adalah kitab injil yang pertama ditulis
bahkan diakui sebagai sumber pokok bagi kedua injil Sinoptik. [1]
Markus menceritrakan bahwa pemanggilan itu terjadi
pada waktu Yesus berjalan menyusuri danau Galilea, Menurut Markus kristologi
yang Yesus ceritakan adalah Anak Manusia yang menderita. Ciri penderitaan ini
sangat melekat pada kristologi Yesus dalam Injil Markus. Kristologi yang
demikian akan membawa Yesus kepada salib.
Menurut
Markus, model yang benar dari kemuridan seorang murid adalah mengikuti jalan
penderitaan dan bersedia menderita sama seperti Yesus. Hanya melalui jalan
penderitaan itu seorang sungguh-sungguh mengenal siapa Yesus itu. Menjadi murid
Yesus dalam Injil Markus itu harus benar-benar mengenal siapa Yesus itu dan
bagaimana cara Yesus menjalani tugas-Nya sebagai hamba yang menderita dan
memikul salib. Karena dengan penderitaan itulah akan ada hidup yang kekal.[2]
Misi Paulus
Rasul Paulus dalam mengemban tugas pekabaran
injilnya yang melakukan pengembangan dalam upaya penginjilannya yang bukan
kepalang besarnya, di wilayah Asia keci, Yunani sampai ke Roma melalui
Yerusalem. Selain itu juga, ia di beri gelar sebagai seorang pemikir perjanjian
lama yang handal, dan seorang teolog yang dianugerahi karunia Roh dari Allah.
Ada beberapa pokok yang menjadi pandangannya yang dapat di paparkan sebagai
berikut :
1. Menurut
pandangan Paulus, pemberitaan injil Yesus Kristus tidak dapat di batas: artinya
bersifat umum dan bukan esklusif. Tetapi Paulus merasa bahwa dirinya terpanggil
secara khusus dari tengah-tengah orang-orang yang dianggap kafir. Melalui
Kristus ia mendapat kemurahan dan diembani tugas sebagai Utusan Kristus (kharis
kas apostole) untuk mengabarkan injil kepada bangsa-bangsa, agar mereka percaya
dan taat kepada namaNya. Artinya kepada Pauluslah dipercayakan pewartaan injil kepada
orang-orang yang bukan yahudi.
2. Jabatan
sebagai rasul adalah jabatan yang khusus: artinya, bahwa gelar rasul yang
melekat pada diri Paulus adalah tidak sesuai, alasannya ialah bahwa Paulus
dahulunya adalah sebagai orang yang mengincar jemaat awal kekristenan.
3. Berita
injil harus disampaikan kepada segala otoritas yang ada di langit maupun di
Bumi: artinya, Allah mempunyai ha katas segala sesuatu diseluruh dunia buatan
tanganNya dalam kekuasaan Kristus berdasarkan karya salib Kristus.
4. Pergumulan
tentang hukum taurat. Kita mempunyai kemegahan didalam Kristus Yesus, karena ia
telah membebaskan kita supaya kita benar-benar merdeka. Melalui Kristus maka
hukum taurat digenapi. Melalui kemerdekaan itu di dalam Kristus manusia
dibebaskan dari dosa karena anugerah Allah dalam Kristus yang adalah kegenapan
hukum Taurat.
5. Orang
yang beriman dibenarkan melalui Kristus. Dalam Injil dinyatakan kebenaran Allah
(Roma 1:17) Siapa yang percaya injil, Ia dibenarkan dalam Allah melalui
Kristus.
6. Segala
orang percaya menjadi anak-anak Abraham dan diberkati bersama-sama dengan
Abraham: artinya orang-orang kafir dimerdekakan dari belengu-belengu dan
perhambaannya serta diterima dalam kalangan Israel atau umat perjanjian selaku
anggota-anggota keluarga Allah yang dicangkokkan menjadi satu tubuh dan satu
Roh.
7. Dalam
pandangan Paulus pun Israel memiliki prioritas baik dalam hukum maupun
keselamatan menurut rancangan Allah. [3]
Secara umum, pada beberapa abad pertama
dari suatu Gerakan Kristen mula-mula, ada tiga tipe usaha misi rasul Paulus
yang utama yaitu:
1. Para pengkhotbah keliling yang beralih tempat
dari tempat yang satu ke tempat lain di wilayah Yahudi dan memberitahukan bahwa
pemerintahan Allah akan datang.
2. Orang-orang
Kristen Yahudi yang berbahasa Yunani yang melaksanakan misinya kepada bangsa
non yahudi, dari Yerusalem ke Antiokhia.
3. Para
penyebar agama atau para misionaris Kristen yang yudais yang menurut 2 Korintus dan Galatia pergi mengunjungi
jemaat-jemaat Kristen yang sudah ada
untuk memperbaiki apa yang mereka anggap sebagai penafsiran injil yang keliru.
Menurut
Michael Green bahwa ada tiga motif utama yang bekerja dalam gereja mula-mula,
yang secara khusus dapat diidentifikasikan dalam Paulus antara lain:
1. Rasa
Keprihatinan
Seperti
yang kita ketahui bersama, bahwa dalam penilaiannya tentang kekafiran, Paulus
setuju dengan pandangan Yudaisme pada waktu itu. Karena apa yang dianggap oleh
orang Yahudi sebagai moralitas rendah bangsa-bangsa non Yahudi; daftar
kejahatan yang mereka lakukan muncul dalam I Korintus 5:10 dan ditempat
lainnya. Akan tetapi Paulus menganggap bahwa penyembahan berhala adalah hal
yang salah. Berhala dan rekaan pikiran manusia yang menyimpang, walaupun pada
kenyataan yang terjadi semua adalah ciptaan manusia, mereka yang mengendalikan
manusia tanpa akan ditarik dari berhala-berhala yang bisu. Penyembahan berhala
yang telah meluas di dunia Yunani-Romawi, Rasul Paulus menyampaikan pesan dari
Allah yang tidak mengenal kompromi, yang menuntut kesetiaan tunggaldari
umatnya. Paulus juga melihat bahwa para umat manusia di luar Kristus telah
tersesat dan menuju ke kehancuran serta dalam kebutuhan yang mendesak akan
keselamatan.
2. Rasa
tanggung jawab
Keprihatinan
Paulus terhadap bangsa non yahudi di kekaisaran Roma nampak dalam kesadaran
yang mendalam bahwa ia mempunyai kewajiban untuk memberitakan Injil kepada
mereka.Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan injil (I Kor 9:16).
3. Rasa
Bersyukur
Rasul
Paulus pergi ke ujung bumi karena pengalaman yang sangat luar akan kasih Allah
yang telah ia terima melalui Yesus Kristus. Ungkapan klasik tentang kesadaran
Paulus akan kasih Allah sebagai motivasi untuk melakukan misi dalam 2 Korintus
5.
Jadi, secara
keseluruhan misi Paulus ialah untuk memimpin orang pada keselamatan di dalam
Yesus Kristus serta alasan yang paling utama ialah untuk memberitakan injil
kepada semua orang. Melalui misinya, rasul Paulus mempersiapkan dunia hanya
untuk kemuliaan Allah yang akan datang dan hari di mana seluruh alam ciptaanNya
memuji Dia.[4]
Misi Yohanes
Injil Yohanes merupakan pelengkap. Ada kesamaan dari
ketiga injil pertama menekankan pembedaan injil ke-4 dari ketiga injil itu.
Tiga injil pertama mengemukakan segi kemanusiaanNya, yang ke empat
menyingkapkan keilahian Tuhan Yesus. Tiga injil yang pertama bercerita tentang
khotbah Tuhan Yesus kepada orang banyak, sedangkan Yohanes sendiri bercerita
tentang percakapan-percakapan Tuhan Yesus, perkataan-perkataan yang berlawanan
dengan orang Yahudi, serta pengajaran yang khusus ia tunjukkan kepada muridnya.
Tiga injil pertama menceritakan tentang pelayanan di Galilea, sedangkan Yohanes
sendiri secara keseluruhan membahas tentang pelayanan di Yudea. Yohanes
mempunyai sifat mengajar. Ketiga injil ini pertama dimulai dari silsilah
kemanusiaan Tuhan Yesus dan menyebutnya penggenapan dari nubuat nabi, akan
tetapi yohanes sendiri memulainya dengan penyataan yang langsung dari Allah
tentang hal-hal dalam masa kekekalan. Injil Yohanes memberi tempat utama kepada
khotbah dan percakapan-percakapan tertentu. Ia tidak menceritakan
perumpamaan-perumpamaan yang disebutkan dalam injil lain, tapi menguraikan
percakapan Tuhan dengan Nikodemus dan perempuan Samaria.[5] Yohanes
menggambarkan perjalanan hidup Yesus dari awal sampai penyaliban dan
kebangkitan, seperti yang dilakukan oleh injil-injil sinoptis. Menurut sinoptis
Yesus pergi ke Yerusalem hanya sekali, yaitu pada akhir pelayananNya, akan
tetapi menurut Yohanes sendiri ia pergi ke sana dalam beberapa kesempatan. [6]
DAFTAR PUSTAKA
Drane Jhone, 2015 Memahami Perjanjian Baru Jakarta: BPK
Gunung Mulia
Hakh Samuel Benyamin,
2008 Pemberitaan Tentang Yesus Menurut
Injil-Injil Sinoptik, Bandung: Jurnal Info Media
Kuiper De Ari, 2010 Missiologi Jakarta: BPK Gunung Mulia
Bosch David, 2015 Transformasi Misi Kristen Jakarta: BPK
Gunung Mulia
Baxter Sidlow J, 1996 Mengenal Isi Alkitab Yayasan Komunikasi
Bina Kasih
Marxsen Willi, 2015 Pengantar Perjanjian Baru Jakarta: BPK
Gunung Mulia
[1]
Jhone Drane, Memahami Perjanjian Baru
Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2015 hal 207
[2] Hakh Samuel Benyamin, Pemberitaan
Tentang Yesus Menurut Injil-Injil Sinoptik, Bandung: Jurnal Info Media,
2008.
[3]
Ari De Kuiper, Missiologia Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2010 hal 47-49
[4]
David Bosch, Transformasi Misi Kristen (
Jakarta: BPK Gunung Mulia,2015) hal.209-217
[5] J.
Sidlow Baxter, Mengenal Isi Alkitab 3 (Yayasan
Komunikasi Bina Kasih) hal. 224-225